Lihat ke Halaman Asli

Yose Revela

TERVERIFIKASI

Freelance

Piala Dunia 2018, Pesta Bola Era Digital

Diperbarui: 18 Juni 2018   11:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

FIFA.com

Dalam kehidupan masa kini, banyak hal yang dipengaruhi, bahkan bergantung sepenuhnya pada teknologi digital. Misalnya, jual-beli produk dan transportasi, yang belakangan mulai beralih dari konvensional ke online.

Belakangan, teknologi digital mulai merambah ke lapangan hijau, dalam konteks aturan terapan di lapangan. Di Piala Dunia 2018, ini terlihat dari diterapkannya teknologi garis gawang (goal line technology), dan Video Assistant Referee (VAR). Kedua fitur ini menjadi alat bantu wasit, untuk mengambil keputusan, atas pelanggaran, atau gol yang luput dari pengamatan wasit.

Piala Dunia 2018, menjadi ajang penerapan teknologi garis gawang dan VAR secara bersamaan. Sebelumnya, teknologi garis gawang sudah lebih dulu diterapkan di Piala Dunia 2014, meski masih dalam tahap uji coba. Teknologi garis gawang muncul, setelah terjadinya insiden "handsball" Luis Suarez (Uruguay Vs Ghana), dan "gol hantu" Frank Lampard (Inggris Vs Jerman). Kedua insiden ini terjadi di Piala Dunia 2010.

Meski pada awalnya menuai pro kontra, karena dinilai "mematikan seni dalam sepak bola", penerapan teknologi ini terbukti mampu membantu tugas wasit, saat harus mengambil keputusan, atas pelanggaran, atau gol yang luput dari pengamatan mata wasit.

Kebetulan, kedua momen ini terjadi bersamaan, saat Prancis membekuk Australia, Sabtu (16/6) lalu. Momen pertama, terjadi saat Prancis mendapat hadiah penalti, setelah wasit me-review insiden dilanggarnya Antoine Griezmann (pemain Prancis) di kotak penalti Australia, yang beberapa saat sebelumnya luput dari pengamatan wasit. Hadiah penalti ini sukses dikonversi Griezmann menjadi gol.

Momen kedua, terjadi di menit-menit akhir, saat gol Paul Pogba disahkan, lewat bantuan teknologi garis gawang. Memang, jika dilihat dari tayangan ulang, tendangan Pogba memang sudah melewati garis gawang, setelah sebelumnya membentur mistar, seperti terlihat pada gambar berikut:

Sportingnews.com

Sepasang momen krusial ini, menjadi yang pertama kalinya terjadi dalam satu laga di Piala Dunia. Prancis bisa jadi sangat beruntung, karena kedua momen ini memberi mereka kemenangan. Tapi, kedua momen ini terasa kurang mengenakkan bagi timnas Australia, yang menerima kekalahan. Andai keduanya luput dari pengamatan wasit, gol penalti Mile Jedinak akan membuat mereka unggul 1-0, dan gol Pogba akan dikenang sebagai "gol hantu" berikutnya di Piala Dunia.

Penerapan teknologi garis gawang dan VAR di Piala Dunia membuktikan, sepak bola tetap mampu beradaptasi di "zaman now", dengan menjadikannya alat bantu wasit dalam pertandingan. Tentu saja, Piala Dunia kali ini menjadi bentuk awal dari wajah sepak bola di era digital. Karena, dengan terus majunya teknologi, masih akan ada teknologi-teknologi terapan berikutnya di masa depan. Ini adalah bentuk adaptasi aktual sepak bola, terhadap kemajuan zaman.

Praktis, satu-satunya kendala, dari penerapan teknologi digital di sepak bola masa kini adalah, aturan ini belum sepenuhnya mampu diterapkan di negara berkembang, termasuk Indonesia. Karena,  kualitas infrastruktur dan sumber daya yang ada, belum sepenuhnya siap. Jadi, perlu waktu lebih lama bagi teknologi ini, untuk dapat diterapkan secara menyeluruh di seluruh dunia.

Menariknya, penerapan teknologi digital ini juga menjadi pengingat bagi sepak bola nasional, untuk berhenti berkutat di perkara "remeh" seperti tata kelola kompetisi, dan anarkisme suporter. Karena, sepak bola masa kini sudah melangkah begitu jauh, dengan merambah aspek teknologi. Jika kita tak mau maju, kita akan semakin tertinggal dan tergilas oleh kemajuan zaman.

Jangan nonton bola tanpa Kacang Garuda




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline