Lihat ke Halaman Asli

Yosep Efendi

TERVERIFIKASI

Penikmat Otomotif

Tiga Jam yang Lebih Bermakna Berkat Transportasi Umum

Diperbarui: 21 Maret 2017   02:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di dalam bis Jogja-Solo (foto: dok.pri)

Sejak Selasa (14/3/2017) pekan lalu, saya memulai program penggunaan transportasi umum. Biasanya, dari rumah di Klaten, menuju tempat kerja di Jogja, saya menggunakan kendaraan pribadi, yaitu sepeda motor atau mobil. Jika menggunakan sepeda motor, Klaten-Jogja yang berjarak tempuh 35 Km ini dapat ditempuh dalam waktu  1 jam. Dengan mobil, waktu tempuh mulur menjadi 1,5 jam, apalagi saat jam sibuk, bisa lebih lama lagi.

Sebenarnya, alat transportasi utama saya adalah sepeda motor. Mobil dipake ngantor jika sekalian berbelanja kebutuhan usaha “sampingan”, atau saat kondisi hujan. Beberapa waktu yang lalu, saat pulang mengendarai sepeda motor, terjadi hujan deras disertai angin kencang. Meskipun saya sudah menggunakan jas hujan, tetapi tidak cukup berani meneruskan perjalanan. Terpaan angin yang begitu kencang, membuat saya oleng, menepi saja lah. Esoknya pun begitu. Akhirnya saya memutuskan untuk menggunakan mobil. Jelas tidak kehujanan, tidak basah, tetapi dompet sering “kering” karena biaya konsumsi bensin yang "membengkak". Ditambah lagi waktu tempuh yang lebih lama, pergi-pulang memakan waktu 3 jam.

Kemudian, timbul pertanyaan pada diri sendiri, apakah waktu tempuh 3 jam ini “hanya” akan habis untuk berkendara saja? Tanpa ada manfaat lain? Kemudian muncul ide, bagaimana kalau menggunakan transportasi umum? Ide tersebut segera saya realisasikan, mulai Selasa pekan lalu.

Hitung-Hitungan Biaya Kendaraan Pribadi dan Transportasi Umum

Jika menggunakan City Car 1.100cc saya, satu hari (pergi-pulang) menghabiskan sekitar 5-6 liter Pertalite, jika dirupiahkan anggap saja Rp. 40.000. Ongkos bis dari Klaten ke pemberhentian di bawah Flyover Janti Jogja,  Rp. 7.000. Dari Janti dilanjutkan menggunakan ojek berbasis aplikasi, tarifnya sekitar Rp. 8000. Jadi, satu hari (pergi-pulang), ongkos transportasi umum tersebut sekitar Rp.30.000.

Dengan menggunakan transportasi umum, saya bisa berhemat Rp. 10.000 jika dibanding menggunakan mobil pribadi. Namun, “boros” Rp. 20.000 jika dibanding biaya bensin saat menggunakan sepeda motor matic saya. Tetapi, karena sedang musim hujan, menjadi kurang nyaman menggunakan sepeda motor, seperti yang saya ungkapkan di paragram sebelumnya. Jadi, Kita “abaikan” boros Rp. 20.000, ingat saja untung/hemat Rp. 10.000-nya.

Waktu Tiga Jam Yang Lebih Bermakna

Selain bisa berhemat Rp. 10.000, yang bisa digunakan untuk satu kali makan, menggunakan transportasi umum ternyata banyak manfaatnya. Pertama, waktu 3 jam (perjalanan pergi-pulang) yang biasanya digunakan untuk fokus dibelakang kemudi, bisa saya manfaatkan untuk santai di kursi Bis. Saat santai ini, ternyata bisa membuahkan ide-ide yang menunjang pekerjaan, misalnya ide tema penelitian atau pengabdian. Ide-ide tersebut saya tulis sementara di handphone, untuk ditindaklanjuti kemudian. Ya, sepertinya memang Kita harus santai, agar muncul ide-ide bagus.

Kedua, bisa bekerja di dalam bis. Selain mendidik dan meneliti, saya memiliki tugas tambahan lain, yaitu menjadi editor di 2 jurnal dan mengurus kerjasama dengan Industri. Tugas tambahan tersebut jelas menambah jam kerja saya. Nah, tugas sebagai editor tersebut dapat saya lakukan di dalam bis, lumayan bisa menyelesaikan editan 1 artikel jurnal untuk satu perjalanan bis.

Ketiga, bersosialisasi dengan masyarakat. Di tampat penantian bis atau di dalam bis-nya, Saya bertemu dengan banyak orang “baru”. Ada yang berprofesi sebagai guru, dosen, wartawan dan pedagang. Sempat ngobrol dengan beberapa diantaranya, dan cukup banyak cerita menarik dalam obrolan itu. Bagi yang merasa hari-harinya disibukkan dengan urusan kantor dan tak sempat bersosialisasi nyata dengan sesama, boleh dicoba menggunakan transportasi umum. Dijamin akan mendapat banyak teman baru.

Keempat, mengurangi volume kendaraan di jalan raya. Andai saja, lebih banyak lagi orang yang lebih memilih menggunakan transportasi umum dan meninggalkan kendaraan di rumah, maka akan sangat terasa dampaknya dalam volume kendaraan di jalan raya. Yang selanjutnya dapat mengurangi potensi kemacetan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline