Lihat ke Halaman Asli

Yosef MLHello

Bapak Keluarga yang setia. Tinggal di Atambua, perbatasan RI-RDTL

Metaverse Kehidupan Virtual di Atas Awan?

Diperbarui: 29 Desember 2021   08:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Era baru dalam dunia digital datang lagi. Kemarin dan hari ini kita masih bergulat dengan internet karena belum menjangkau semua pelosok Indonesia. Lihat saja, ada begitu banyak orang yang masih awam dengan internet, facebook dan whattap. Tiba-tiba jagat maya kita dikejutkan lagi dengan hadirnya metaverse. Tentu saja ini merupakan suatu loncatan yang tak terelakan dalam dunia digital maya.

Meskipun Mark Zuckerberg, CEO Facebook yang menguasai seluruh jagat maya telah mengubah platform perusahaannya dengan metaverse, namun metaverse sendiri masih sulit dijelaskan. Ya tentu saja masih sulit dijelaskan karena masih merupakan suatu keniscayaan.

Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa kemajuan teknologi digital lebih cepat dari pada perkembangan fisik. Kehadiran metaverse sebagai era baru kehidupan virtual memaksa manusia untuk cepat menyesuaikan dirinya dengan kemajuan digital dan dunia maya daripada kemajuan fisik dan dunia nyata. 

Sebagai contoh, kehadiran internet dan digital android, memaksa masyarakat untuk lebih cepat memilikinya daripada memikirkan perkembangan kemajuan fisik seperti harus punya rumah yang lebih baik dan sehat dengan aliran listrik mandiri,  makan cukup, dan lain-lain. Hal ini memang kenyataan. Tengok saja di Indonesia Timur, kemajuan digital memaksa orang untuk lebih dahulu memiliki HP Android dan mengisi pulsa data, meskipun tinggal di gubuk dan tak punya listrik sendiri. Inilah yang disebut loncatan kemajuan.

Tapi mau bagaimana lagi? Para pemegang otoritas dunia maya dan para pencari uang via jasa internet terus menggenjot kemajuan digital demi dunia mereka. Dan kita mau tidak mau harus menyesuaikan diri sebagai kalau tidak, mungkin saja kita akan tergilas oleh kemajuan itu sendiri yang oleh Anthony Giddens disebut Globalization.

Tiada yang kekal kecuali Perubahan

Beberapa abad silam, seorang penyair Romawi (NN) menuliskan dua kata termasyur yaitu "Waktu Berlalu". Kemudian, seorang penyair lain (NN) menjawab sebaliknya: "Waktu berlalu? O, tidak, waktu berhenti, kita yang berlalu". Terlepas dari siapa yang benar, siapa yang salah dalam hal ini, yang jelas bahwa kedua ungkapan tersebut justru berbicara mengenai satu kenyataan yang sama yaitu "Perubahan".

Warren Bennis dalam sebuah ulasannya berjudul "On Becoming A Leader" (New York:1989) membuat suatu refleksi yang mendalam mengenai kenyataan perubahan yang intinya bukan saja berlangsung sangat cepat, tetapi juga sangat dramatis. Memang betul. Sebab berabad-abad silam, pada zaman Sokrates, perubahan itu sering menjadi topik refleksi mereka. Misalnya, Filsuf Herakleitos mengatakan "panta rhei kai uden menei", yang artinya "semua mengalir dan tak ada satu pun yang tinggal mantap".  Itulah doktrin Herakleitos yang paling terkenal bahwa segala sesuatu berubah-ubah dan terus menerus (Russel:2002, 59-60). 

Sulit untuk membayangkan bagaimana keberadaan dunia dan hidup ini berlangsung tanpa perubahan. Perubahan datang dengan cepat karena kemajuan teknologi digital dan keinginan manusia untuk mencoba. Sebagai contoh: Dengan berbekalkan sebuah komputer rakitan dan sebuah handphone android, seorang anak muda lulusan SMK mulai mencoba-coba merakit hingga menghasilkan sebuah pesawat atau hal lain. Demikian pun para penikmat internet dapat mengutak-atik tutz-tutz laptop atau handphone hingga menghasilkan karya tulis yang mendatangkan uang. Itulah hasil dari suatu inovasi dan kreativitas baru akibat perubahan mindset.

Era Metaverse bisa saja akan menjadi peluang baru yang menghasilkan orang-orang kaya baru hanya dengan mengisi waktu luang, dengan kesibukan baru browsing internet dan mendatangkan kehidupan. Jadi metaverse akan menjadi peluang hidup yang lebih besar dan menghasilkan banyak OKB hanya dengan melakukan plesir di dunia maya.

Namun sebelum masuk lebih jauh ke metaverse, pemerintah hendaknya terus memperhatikan dunia kelistrikan hingga ke pelosok-pelosok tanah air yang diikuti dengan bebas internet yang menjangkau seluruh pelosok. Sehingga kemajuan metaverse bukan hanya dinikmati oleh segelintir orang di atas awan, tetapi oleh semua, tanpa kecuali. Dengan demikian metaverse sungguh menjadi abad perubahan digital dunia maya dan menjadi "surga" bagi para penggunanya.***

Atambua, 29.12.2021




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline