Lihat ke Halaman Asli

Yon Bayu

TERVERIFIKASI

memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

Elektabilitas Prabowo Melejit, Nyata atau Siluman?

Diperbarui: 22 Februari 2021   19:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Prabowo Subianto. Foto: tribunnews.com  

Tanpa menyertakan Presiden Joko Widodo, sejumlah lembaga survei menempatkan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dengan elektabilitas tertinggi. Dari manakah asal suaranya?

Survei terbaru dirilis Parameter Politik Indonesia (PPI). Dari hasil survei top of mind untuk calon presiden yang digelar 3-8 Februari 2021, Prabowo yang kini menjabar Menteri Pertahanan, berada di urutan pertama dengan elektabitas sebesar 19,9 persen.

Elektabilitasnya semakin melonjak saat capres dikerucutnya menjadi 15 nama di mana Prabowo meraup 22,1 persen dan 10 nama (23,1 persen).
Di urutan kedua ada Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (11,9 persen), disusul Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo (11,3 persen). Untuk 15 nama, elektabiltas Anies 14,6 persen dan Ganjar 13,9 persen.

Sedang untuk 10 nama, elektabilitas Anies 15,2 persen, Ganjar 14,9 persen, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil 6,8 persen dan Menteri Sosial Tri Rismaharini 6,5 persen.  

Hasil survei adalah gambaran kondisi saat ini. Hasilnya sangat mungkin berbeda dengan 2024 mendatang. Fakta menunjukkan, suara perolehan kandidat dalam kontestasi elektoral, termasuk pemilihan umum, seringkaali berbeda dengan hasil survei.

Artinya, hasil survei tidak dapat dijadikan tolok-ukur hasil kontestasi sebenarnya. Terlebih, bukan rahasia lagi, banyak lembaga survei yang bekerja sebagai tim politik kandidat sehingga survei yang dilakukan untuk kepentingan kliennya.

Dalam konteks itu, kita pun bertanya apakah PPI melakukan survei untuk kepentingan tokoh tertentu?

Jika jawabannya tidak, dengan tetap mengapresiasi kinerja dan metodologi yang digunakan, timbul pertanyaan, dari mana suara dukungan untuk Prabowo dalam survei tersebut?

Sebab setelah Prabowo, dan Sandiaga Uno,  bergabung dalam kabinet Jokowi -- Ma'ruf Amin yang menjadi lawannya di Pilpres 2019, kita mendengar adanya kekecewaan dari kelompok pendukungnya. Jumlah pastinya sulit diukur, namun sulit untuk tidak mengatakan "cukup signifikan".

Sementara untuk menyimpulkan Prabowo mendapat dukungan dari pendukung Jokowi, rasanya terlalu jauh. Pendukung Jokow-Ma'ruf, setidaknya yang tergambar di sejumlah akun media sosial, masih sulit untuk menerima Prabowo setelah berbagai isu digoreng selama masa kampanye. Luka yang timbul belum sepenuhnya kering.  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline