Lihat ke Halaman Asli

Sajak Pagi di Waktu Hujan

Diperbarui: 17 Juni 2015   11:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

mungkin Aku tak sepenuhnya mengerti...
Apakah pagi masih seperti pagi yg kukenali
Yg selalu ramah menyapa dan menawarkan aku secangkir kopi.
Tapi kuharap sang pagi masih merelakan bahunya untukku bersandar dan bersama nafasnya,
Aku menikmati embun.

Kamu tau debu debu zaman yg terrentang dalam usia membuatku terbaring dalam kursi pesakitan sunyi,

Membuatku terpaksa menelan manisnya kegetiran kegetiran.
Dan kuharap selalu kau sisakan senyummu sebagai penawar,

Kuharap hadirmu serupa gerimis yg dengannya aku menyembunyikan tangis,
Atau serupa senja yg akan menentramkan hati dan mengingatkan aku tentang sajak sajak kepulangan .

Aku rindu rumah,
Aku rindu ramah,
Aku butuh pemamah rasa dimana semua rasa mampu kutelan.

Tetaplah menjadi bidadari
diufuk senja yg menanti kepulanganku dengan tangan terbuka,
kemudian lantunkan untukku mantra2 yg kukenal.
Dimana segala kelemahan,
Selalu mudah kau kuatkan.

Tentang aku, tentang luka dan bidadari senja penunggu hujan.

"you came in this word alone"

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline