Lihat ke Halaman Asli

Wayang Kulit Terlalu Mahal

Diperbarui: 26 Juni 2015   17:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Belakangan ini, para dalang wayang kulit “purwa” banyak yang merasa resah karena frekwensi pementasan mereka menurun. Dari ketika zaman orde baru yang cukup laris; beberapa ditengarai dengan pesanan dari beberapa instansi pemerintah yang cukup mampu menyisihkan dananya untuk mempergelarkan pementasan wayang-kulit, dengan beberapa pesan titipan yang harus disampaikan oleh para dalang itu.

Lain dulu lain sekarang. Pada zaman sebelum orde baru, di banyak desa-desa para petani masih sempat mengadakan selamatan setelah panen dengan menggelar juga wayang-kulit. Banyak dalang-dalang bertaraf lokal yang berkesempatan meningkatkan frekwensi pementasan mereka. Pada masa itu, apa yang disebut prestise belum seperti orang sekarang menyikapinya.

Kebijakan para dalang pada masa itu pun tidak seperti sekarang. Para dalang pada jaman dulu itu, tidak menggunakan manajemen yang sekarang. Dalam hal mencari rejeki, dalang jaman dulu itu belum transaksional seperti sekarang. Pementasan adalah sebuah misi penyampaian pesan moral yang harus disampaikan kepada masyarakat luas. Urusan rejeki lebih pada sebuah kompensasional.

Sedangkan sekarang, para dalang sudah mengacu pada manajemen rejeki transaksional a’la barat. Lebih berhitung angka rupiah. Pemanggungan lebih menjadi seperti gaya modern; ada event organizer dan semacamnya.

Peralatan panggung cenderung lebih gebyar dan cenderung seperti panggung hiburan kebanyakan.

Panggung berukuran lebih besar dan hampir tak mungkin untuk sebuah luas halaman; ukuran seluas lebih kurang 8 X 12 M hampir tak mungkin meski di halaman kelurahan sekalipun.

Tentang biaya, sudah pasti terlalu berat untuk kondisi masyarakat sekarang; yang juga sudah mengacu pola pikir yang ekonomis, di mana orang-orang di pedesaanpun lebih memilih menggunakan uangnya untuk biaya hidup dan biaya-biaya kebutuhan yang lain; seperti: lebih memilih untuk biaya sekolah anak-anaknya daripada untuk sebuah pergelaran kesenian yang begitu mahal.

Jadi, hendaknya para dalang bisa mengecek lagi sebab-musabab mengapa pertunjukan wayang kulit kian hari semakin langka dan hampir tak ada di desa-desa sekarang.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline