Lihat ke Halaman Asli

Yanti Sriyulianti

Berbagilah Maka Kamu Abadi

Melarik Rindu

Diperbarui: 4 Agustus 2020   21:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Suara burung di antara pepohonan bergantian dengan teriakan anak-anak kota yang sudah bosan di rumah saja. Suara sandal anak-anak yang berlari menjemput senja berganti dengan tawa canda penjaga komplek perumahan tempat Rindu bermukim. Sesekali deru motor mengiringi lantunan ayat suci dari pengeras suara di masjid belakang rumah. Rindu masih duduk di atas kursi jati dengan lengan melengkung beralaskan busa kasur terbungkus kain sprei bermotif garis. Es krim vanila pemberian Rani sudah habis. Rindu masih malas bergerak. 

Sudah masuk bulan kelima Rindu terpaku di ruang keluarga. Kursi sofa yang patah sudah diganti kasur dengan tumpukan bantal bersarung kain kuning nan lembut. Bantal-bantal besar bertumpuk di sudut kanan kursi jati besar favorit Rindu. 

"Alhamdulillah akhirnya beres juga ya, Teh!" Kata Rindu. Rani, putri sulungnya sedang berbicara dengan Ita, staf administrasi, akuntansi, dan keuangan yang baru bergabung di Rumah KerLiP. 

"Bu, Ita pamit tuh!" Rani setengah berteriak menyampaikan pesan Ita. Rindu menjawab tanpa bergeser sedikit pun dari tempat duduknya. Rindu juga menjawab pesan Eka, adik angkatan di  kampus Gajah. Eka sedang mengerjakan proposal dengan sahabat-sahabat di Jawa Barat. 

"Ini revisi yang keempat kali sejak Direktur yayasan di Makassar itu mengontak saya pada Maret 2020, " terdengar suara Rindu yang disambut ucapan hamdalah dari Eka.

Hm, ibu pasti cerita. Rani bergegas naik menghampiri ibunya. 

"Bu, waktu kita tinggal 2 hari lagi untuk menyelesaikan rencana homestay. Tadi teteh minta Ita menyusun RAB untuk mendekor common room kita, " Rani berkata pelan. Ia menyodorkan secangkir es krim vanila. 

"Gigi ibu gimana?" Tanya Rani agak khawatir. Rindu kembali menderita sakit gigi sejak awal Ramadhan. Beberapa minggu yang lalu sudah pergi ke My Dental Clinic di jalan Merdeka, tapi Rindu hanya berani scalling dan kuret gusi. 

"Gigi ibu masih ada, "jawab Rindu singkat. 

Jawaban konyol sebenarnya. Sakit gigi yang tak tertahankan itu tetap tidak menghalangi ibu menikmati makanan kesukaannya. Padahal dua hari yang lalu ibu kesakitan setelah makan siomay Bima. Beberapa malam sebelumnya ibu sampai menelan 3 butir Cataflam selama 8 jam. Sakit giginya kumat setelah makan lotek buatan Bi Julianti. Ibuku memang begitu. 

***

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline