Lihat ke Halaman Asli

Yana Ependi

Business Development

Konglomerasi Media = Opini, Fakta, Dan Pencitraan

Diperbarui: 17 Juni 2015   06:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Banyaknya kepentingan-kepentingan yang dimiliki oleh sebagian pengusaha yang merangkap sebagai politikus, menimbulkan fenomena yang sangat menarik, yaitu konglomerasi media.

Konglomerasi media adalah penggabungan beberapa perusahaan media menjadi perusahaan yang lebih besar, yang membawahi banyak media. Konglomerasi ini dilakukan dengan cara korporasi dengan perusahaan media lain yang dianggap mempunyai visi yang sama, dengan cara kepemilikan saham, joint venture/ merger atau pendirian kartel komunikasi dalam skala besar.

Konglomerasi media dijadikan alat oleh sebagian politikus seperti Hary Tanoewidjaja, Surya Paloh, dan Aburizal Bakeri  dalam menciptakan pencitraan. Beberapa media tidak selektif dalam menayangkan berita ataupun iklan adanya saling menjatuhkan dan persaingan dingin. Karena pengaruh media sangat besar kepada masyarakat, sehingga dapat merubah pandangan masyarakat terhadap tokoh yang sedang diberitakan ataupun di iklankan.

Belum adanya peraturan yang mengikat tentang periklanan dalam media, sehingga memicu banyak iklan yang dapat menjatuhkan seseorang ataupun mengangkat seseorang.Saya harap, masyarakat sudah dapat menilai mana berita fakta  dan mana berita opini. Sehingga tidak mudah terpengaruh oleh berita-berita yang ditayangkan di media.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline