Lihat ke Halaman Asli

Teguh Hariawan

TERVERIFIKASI

Traveller, Blusuker, Content Writer

Bledug Kuwu, Wisata Unik dan Misterius yang Berbalut Mitos

Diperbarui: 30 Oktober 2020   20:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Letupan pendek lumpur Bledug Kuwu |Dokumentasi pribadi

Kadang hanya berupa letupan-letupan gelembung raksasa menggelegak. Tapi, seringkali berwujud semburan lumpur yang terlontar dari perut bumi.Ini terjadi setiap 2-3 menit. Berulang secara periodik disertai munculnya suara pendek seperti ledakan. Tinggi semburan lumpur kisaran 3-6 meter. Setelahnya, lumpur pun jatuh kembali ke tempat semula. Lumpur pekat berwarna kehitaman yang berlebih, meluber di sekitar pusat letupan. Volumenya tak banyak seperti semburan Lumpur Lapindo Sidoarjo, yang meluap dan meluber sampai jauh sehingga menggenangi pemukiman.

Itulah fenomena alam unik dan langka yang saya amati saat tiba di hamparan luas lokasi semburan lumpur Bledug Kuwu. Lokasinya tepat di pinggir jalan raya Wirosari-Kuwu. Secara administratif masuk Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah. 

Di sekeliling tanah lapang lokasi letupan lumpur yang luas ini tak ada satupun pohon yang tumbuh. Menjadikan udara begitu panas. Tanah menjadi merekah dan pecah-pecah. Kering kerontang.

Maka sebelum melangkah, mendekat sumber letupan lumpur, segera siapkan topi atau sewa payung daripada saat di tengah lapang sakit kepala dan bingung cari tempat berteduh.

Gelembung Lumpur Bledug Kuwu | Dokumentasi pribadi

Di Bledug Kuwu ini, hanya air pekat mengandung garam yang mengalir sampai jauh meninggalkan pusat semburan. Melalui parit-parit kecil yang sengaja dibuat oleh penduduk. Air garam ini disebut Bleng. Digunakan untuk campuran kerupuk dari bahan nasi. 

Ada yang menyebut kerupuk Puli. Campuran garam Bleng akan menghasilkan rasa gurih di lidah. Selain itu, oleh penduduk Desa Kuwu, Kabupaten Grobokan, air garam itu ditampung dalam deretan bilah bambu panjang. Dijemur 7-9 hari di tengah lapang. Jadilah, garam dapur khas Bledug Kuwu. 

Mitos Aji Saka, Dewata Cengkar dan Jaka Linglung

Aji Saka, oleh sebagian masyarakat Pulau Jawa diyakini sebagai penguasa di kerajaan Medang Kamulan. Jadi raja setelah mengalahkan raja sebelumnya yang serakah, jahat, dan kanibal, berjuluk Prabu Dewata Cengkar. 

Aji Saka menjadikannya Buaya Putih serta mengusirnya ke Laut Selatan Jawa. Karena Buaya Putih jelmaan Dewata Cengkar masih ganas, maka Aji Saka mengutus Jaka Linglung putra seorang perempuan dari Dusun Dadapan. Jika berhasil mengalahkan Dewata Cengkar, maka Aji Saka akan mengangkat Jaka Linglung sebagai anaknya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline