Lihat ke Halaman Asli

Rosiana Febriyanti

Ibu rumah tangga dan guru

Sarung Mbah Atmo

Diperbarui: 14 Mei 2020   22:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber ilustrasi: Catatan Seorang Ayah | facebook.com/Pasuruan-Kota-Santri-1497927190462601

Namaku Tole. Aku hanyalah seorang anak pemulung yang tak bisa tidur tanpa berselimutkan sarung Mbah Atmo. Konon Mbah Atmo adalah orang paling berjasa untuk keberlangsungan hidupku, padahal seumur hidupku wajahnya seperti apa aku tak tahu.

Menurut cerita simbok, dulu Mbah Atmo yang menyelamatkanku dari kebakaran bedeng, tempat kami bernaung dari panas dan hujan. Saat itu aku masih bayi merah yang nyaris gosong akibat kebakaran itu. Mbah Atmo dengan berani menerobos kobaran api demi menyelamatkanku meskipun aku bukan cucunya.

Sarung yang selalu menemani lelap tidurku itu ternyata adalah satu-satunya kain penutup aurat lelaki tua pengayuh becak itu ketika salat dan pelindung tubuh saat malam mulai tiba. Saat kubayangkan kehangatan cintanya sarung itu kucium dengan takzim sesaat sebelum mata ini terpejam. Sarung itu pulalah yang konon merupakan satu-satunya kain pembungkus jenazah beliau.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline