Lihat ke Halaman Asli

Resensi: Problematika Krusial Wanita dalam Al-Qur’an

Diperbarui: 24 Juni 2015   04:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Judul asli                     : المرأة فى القرﺁن

Judul terjemahan         : Wanita dalam Perspektif Al-Qur’an

Pengarang                   : Syeikh Muhammad Motawali Asy-Sya’rawi

Penerjemah                  : M.Usman Hatim, MA

Penerbit                       : Yayasan Alumni Timur Tengah

Tahun terbit                 : 2010

Tempat terbit               : Jakarta Timur

Tebal                           : 169 halaman

Problematika seputar wanita adalah hal yang sangat menarik untuk dibicarakan. Pasalnya, di era modern seperti saat ini banyak sekali kita jumpai wanita yang masih belum bisa memposisikan dirinya sesuai dengan syari’at Islam. Dalam pandangan Islam khususnya Al-Qur’an, wanita adalah makhluk Tuhan yang paling tinggi derajatnya dibandingkan dengan laki-laki. Oleh karenanya, Syeikh Muhammad Motawali Asy-Sya’rawi dalam bukunya ini mencoba membuka cakrawala pembaca untuk lebih memahami wanita dalam perspektif Al-Qur’an. Rasa empatinya terhadap persoalan-persoalan wanita sungguh terinspirasi oleh teks Wahyu Qur’ani. Hal itu dikarenakan Al-Qur’an telah memberikan penghargaan kepada wanita setinggi-tingginya. Lantas apa sajakah kriteria wanita Islami itu? Apa batasan-batasan wanita dalam Islam? Bagaimana integritas wanita dengan pria? Dan bagaimana wanita dengan problematika kehidupannya? Itulah serentetan pertanyaan yang akan diulas dan dipaparkan dalam buku ini.

Sebelum adanya buku ini, tidak sedikit buku yang telah membahas mengenai wania dalam perspektif Al-Qur’an. Misalnya, Tafsir Wanita, Penjelasan Terlengkap Tentang Wanita dalam Al-Qur’an karya Syaikh Imad Zaki Al-Barudi; Menjadi Wanita Paling Bahagia karya Dr.’Aidh Al-Qarni; dan Fiqih Sunnah Untuk Wanita karya Abu Malik Kamal bin Sayyid Salim. Namun setelah dikaji dan ditelaah ternyata pembahasan dalam buku-buku tersebut terlalu terperinci dan kurang praktis, sehingga pembaca memerlukan banyak waktu untuk membacanya.

Maka dari itu penulis dalam karyanya ini mencoba mengulas dalil-dalil Al-Qur’an dan menyertakan kisah Nabi Musa dan dua puteri Nabi Syu’aib ‘Alaihissalam, supaya kita tahu bagaimana Allah memberikan batasan-batasan ketika kondisi wanita menuntutnya harus bekerja dan apa kewajiban masyarakat terhadap wanita dalam kondisi seperti ini. Penulis juga memberikan penjabaran yang praktis dan singkat. Dengan menggunakan metode penelitian perpustakaan (library research) melalui rujukan dari berbagai buku, yakni Kitab Shahih Bukhari dan Muslim serta kamus Al-Qawim, bisa dibilang buku ini cukup komprehensif dalam membahas problematika wanita yang bersandar pada Al-Qur’an. Dilihat secara fisiknya, ukuran buku ini cukup kecil, fleksibel dan mudah dibawa ke mana-mana. Kertas yang digunakan pun kualitasnya bagus. Ukuran hurufnya cukup jelas dan tidak terlalu kecil. Tinta, warna, jilid, dan gambar ilustrasi semuanya bagus.

Namun, di balik itu semua terdapat beberapa kekurangan dari buku ini. Dalam penulisannya, buku ini kurang memperhatikan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Apabila kita membacanya dengan teliti, maka kita akan menemukan beberapa kata yang salah dalam penulisannya. Gaya bahasa yang digunakan dalam buku ini juga terlalu tinggi, sehingga tidak semua orang bisa memahami maksud dari si pengarang buku.

Esensi-substansial dari buku ini adalah pembahasan mengenai wanita. Mayoritas kaum hawa beranggapan bahwa wanita zaman sekarang harus bisa lebih unggul dari laki-laki, karena sekarang adalah zamannya emansipasi wanita. Namun penulis berhasil menyajikan ulasan yang mampu meluruskan paradigma tersebut dengan merujuk pada Al-Qur’an, hadits Nabi, dan kitab-kitab klasik lainnya. Wanita diperbolehkan bekerja dengan berbagai alasan tertentu, bukan semata-mata untuk menyaingi kaum pria. Karena bagaimana pun juga, tidak bisa dipungkiri bahwa kodrat seorang wanita adalah sebagai makhluk Allah yang ditakdirkan dan berkewajiban untuk melayani suaminya kelak secara seutuhnya.

Menurut penulis, Islam adalah agama yang paling fleksibel di antara agama lainnya. Dalam sejarah agama-agama besar dunia, hanya Al-Qur’an yang mampu membahas masalah-masalah wanita secara detail. Islamlah yang telah meletakkan dasar-dasar hukum bagi wanita yang ingin bekerja, dan menentukan pula syarat-syarat bagi masyarakat yang harus mereka penuhi untuk memudahkan wanita keluar bekerja. Dengan singkat penulis katakan  bahwa Islam ketika datang, ia mengangkat martabat wanita di dunia dari kondisi yang dominan dalam masyarakat di dunia saat itu. Islam datang memberikan kebebasan kepada wanita, menjaminnya dapat menggunakan hak pribadinya dan independensinya, memulihkan kembali harga dirinya, menyatakan bahwa pria dan wanita satu sama lain hidup saling melengkapi dan saling mendukung, bukan berjalan sendiri-sendiri.

Pada pembahasan terakhir, penulis mengangkat persoalan tentang pekerjaan wanita menurut Islam. Sebagaimana yang telah penulis singgung sebelumnya, bahwa jika kita lihat pekerjaan wanita, niscaya kita merasa terharu dan iba kepadanya. Karena ternyata pekerjaan wanita itu lebih sulit dan lebih berat daripada pekerjaan pria. Pria hanya bekerja mencari rizki, setelah selesai ia beristirahat. Beda halnya dengan wanita yang bekerja sejak ia tiba di rumah setelah seharian bekerja berat di tempat kerjanya. Ia melihat anak-anaknya, suaminya dan urusan rumahnya terpampang di depan matanya. Masing-masing menuntut dipenuhi permintaannya.

Buku ini mengupas permasalahan-permasalahan seputar wanita secara gamblang, tepat sasaran dan sesuai dengan logika. Di masa yang akan datang akan terbukti bahwa tidak ada lagi satu tolok ukur yang dapat menundukkan persoalan wanita secara proporsional selain Al-Qur’an. Dan tidak akan dijumpai lagi suatu penghormatan dan penghargaan setinggi apa yang diberikan oleh Islam kepada wanita. Saya sangat merekomendasikan buku ini karena dengan membaca buku ini, khazanah keilmuan kita akan wanita dalam perspektif Al-Qur’an bisa semakin luas. Khususnya bagi kaum hawa juga agar bisa menjadi pribadi yang lebih unggul dan ber-akhlaqul karimah.

Identitas Penulis Resensi

Nama               : Siti Nurjannah

Semester          : III (Tiga)

Prodi            : Pendidikan IPS (Konsentrasi Ekonomi)

Fakultas           : FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Alamat                        : Jl.Syekh Nurjati, Ds.Kubang, Blok Manis, RT:04 RW:02, Gg.Angsana, Kec.Talun, Kab.Cirebon-Jawa Barat 45171

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline