Lihat ke Halaman Asli

M.Dahlan Abubakar

Purnabakti Dosen Universitas Hasanuddin

Piet Tio, Tendangan Pisang Bola Bagai Diperintah (70)

Diperbarui: 6 Juni 2021   10:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Piet Tio  dengan cucu (dokpri)

 

Mungkin tidak banyak yang kenal nama ini, Kalau pun ada yang kenal, itu  pun  dalam jumlah yang terbatas dan sangat sedikit. Dilahirkan tahun 1940, Piet Tio yang kini memiliki nama Indonesia, Rahmat Jaya adalah rekan satu  tim dengan Ramang ketika PSM tampil sebagai juara Jusuf Cup I tahun 1965.

Berbeda dengan rekan satu timnya yang lain warga keturunan, Keng Wie (Budi Wijaya) yang bukan keturunan bola, Piet Tio memang keluarga bola. Ayahnya, Tio Eng Kaen, adalah salah seorang pemain Makassarch Voetbal Bond (MVB) pada tahun 1920. Makanya, dari rumahnya -- dulu -- di sekitar kawasan Jalan Bali Makassar, Piet Tio selalu datang ke lapangan Karebosi, baik untuk menonton orang  bermain bola maupun sengaja datang bermain bola.

Tio Eng Kaen, ayahnya,  pernah bertanding pada tahun 1920 dalam kejuaraan perebutan piala Ramadan yang ketika itu disebut sebagai Puasa Beker (Piala Puasa). Disebut seperti itu, karena kejuaraan tersebut dilaksanakan pada bulan puasa Ramadan. Bersama ayahnya itu, ada juga pemain lain seperti HT Thoeng, Oei Liong Keng, Go Giang Ek, Han Boen Hien, The Siang Liang, Thoeng Kong Gie, Tan Seng Tjan, Nio Kek Gie, Thoeng Liong Keng (penjaga gawang), dan Oei Soen Gie. Inilah kesebelasan warga keturunan yang sangat menonjol pada masa itu. Tan Seng Tjan termasuk kapten MVB ketika masa Belanda.

 ''Saya ini cinta bola. Juga sedikit ada bakat,'' kata Piet Tio ketika disambangi di kediamannya yang sangat asri dengan pepohonan besar di Jl. Yusuf Dg,Ngawing Blok E-26 No.18 Makassar, 19 Juni 2010.

Piet Ttio tahun 1950-an dalam usia belasan tahun sudah ikut-ikut latihan dengan  klub Excelsior. Klub ini termasuk salah satu anggota PSM. Dulu, ada klub VIOS (Voetbal Indisch on Sport) , MOS, Persis, dan CVB (Celebes Voetbal Bond), yang tidak lain pecahan dari MVB. CVB adalah klub yang didirikan oleh Excelsior yang banyak beranggotakan pribumi. Ada juga klub ISAP (Ikatan Sepakbola Angkatan Perang) yang di klub inilah Maulwi Saelan bergabung. PSM, kata Piet Tio, termasuk bond tertua di Indonesia.

Postur tubuhnya rata-rata identik dengan kebanyakan pemain PSM pada masanya. Ya, tidak beda-beda jauh dengan postur Ramang. Hanya saja sesuai latar belakang genetiknya, warga keturunan, dia berkulit putih. Ramang berkulit gelap. Produk keluarga yang lebih banyak bermain di daerah pesisir dan laut.

Piet Tio terjaring oleh PSM melalui hasil pengamatan komisi teknik PSM.  Para anggota komisi teknik terdiri atas Mappakaya, AJ Waworuntu, Nus Pattinasarani, M.Anwar, dan Suwardi menilai para pemain yang akan direkrut dalam suatu latihan pertandingan. Hasil pengamatan mereka inilah kemudian yang menjadi tim PSM pada masa itu. Khusus pada tim PSM 1965 yang ikut Turnamen Piala Jusuf (Jusuf Cup), selain Piet Tio, ada  Ramang dan Keng Wie. Tim inilah yang juga ikut Kejuaraan Nasional PSSI tahun 1966  dan tampil sebagai juara.

Dia mengaku yang berjasa kepadanya adalah sepupunya, Tong Hong Yu yang memperkuat MVB. Dialah yang memberikan Piet Tio sepatu pada saat usianya 15 tahun. Sepupunya itu termasuk pemain hebat. Dia dilatih Piet Nyio, ketika bermain di Klub Excelsior.

 Tendangan Pisang Patah

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline