Lihat ke Halaman Asli

Ina Tanaya

TERVERIFIKASI

Ex Banker

Kemandirian Finansial Anak Muda, Melepaskan Beban Keuangan Orangtua

Diperbarui: 19 Agustus 2019   16:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Shutterstock.com

Siapakah yang disebut dengan "Anak Muda"? Di Indonesia definisi dari "Anak Muda" menurut Undang Undang tentang "anak muda" tahun 2009,  batas usianya untuk lelaki maupun perempuan adalah 16 sampai 30 tahun.

Ada yang mengkategorikan orang muda menjadi tiga kategori seperti  usia 15-19 tahun adalah usia belajar di Sekolah Menengah Atas,  20-24 adalah sebagai mahasiswa/mahasiswi dan 25-29 tahun adalah bekerja untuk menghidupi dirinya sendiri.

Dalam survei yang dilakukan oleh seorang jurnalis, ada seorang Anak Muda  berusia 32 tahun melanjutkan studinya  "S2" atau "Master'". Ketika melanjutkan studi, Anak Muda bergender perempuan bernama Sri (bukan nama sebenarnya), masih tinggal bersama orangtuanya. Artinya untuk akomodasi dan makan masih ikut bersama orangtuanya. Tanpa memberikan kontribusi apa pun.

Selama studi mengambil S2, semua biaya-biaya kuliah dibiayai oleh orangtuanya. Demikian juga dana untuk operasional sehari-harinya, seperti transportasi, biaya telekomunikasi, biaya pembelian pakaian masih dibiayai oleh kakak lelakinya.

Sri hanya melakukan pekerjaan "freelance" selama ada waktu atau libur kuliah.  Gaji atau pendapatan "freelance" itu tidak memungkinkan Sri untuk membiayai hidupnya sendiri atau kuliahnya. Jika seandainya orangtua dan kakaknya memutuskan untuk menghentikan biaya kuliah dan semua biaya, maka Sri pun akan meninggalkan kuliahnya.

Kehidupan keuangan anak muda di Indonesia tidak tergantung dari usianya karena memang Undang Undang hanya menyatakan tentang usia anak muda, tidak menentukan tentang bagaimana keuangan anak muda dan kemandirian keuangannya.

Dalam kehidupan sehari-hari, faktor kemandirian keuangan anak muda itu bervariasi polanya. Namun, pada dasarnya orangtua di Indonesia masih memiliki beban atau tanggung jawab atas keuangan anaknya sampai kapan pun. Ada yang sudah menikah pun, ikut orangtua dan anak beserta menantunya dalam satu keluarga, tidak memberikan support keuangan kepada orangtuanya.

Pola kemandirian keuangan untuk anak muda tidak ada yang standar di Indonesia. Tiap keluarga punya pola masing-masing. Seringkali, jika anak yang sudah lulus tetapi belum punya pekerjaan pun jadi beban orangtua. Ketika sudah bekerja, anak masih ikut orangtua, hidup bersama orangtua artinya biaya konsumsi dan akomodasi masih jadi tanggung jawab orangtua.

Sulitnya untuk bisa memberikan satu pola kesadaran kepada orangtua bahwa anak yang sudah bekerja dan menikah, tanggung jawab keuangan bukan lagi jadi beban orangtua. Orangtua juga punya masalah keuangan ketika beban berat itu masih harus dilakukan. Usia orangtua sudah semakin tua dan bahkan sudah pensiun dengan pendapatan tetap tidak ada , tetap harus bertanggung jawab kepada anaknya.

Mampukah orangtua untuk mendidik anak muda sejak dini bahkan sejak kecil bahwa anak-anak bertanggung jawab penuh atas hidup dan keuangannya saat mereka sudah bekerja.

Jika ada yang merasa itu bukan budaya timur, barangkali hal itu tidak tepat, budaya timur tidak pernah mengharuskan anak bergantung terus kehidupan keuangannya kepada orangtua.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline