Hampir setiap perusahaan di Indonesia melakukan kegiatan pengadaan barang dan jasa, pembangunan sarana-prasarana yang digunakan untuk kegiatan operasional perusahaan.
Sebelum era Revolusi 4.0 , kendala utama dari perusahaan yang punya divisi /departemen pengadaan selalu mengandalkan secara sistem konvensional .
Sistem konvensional itu dikenal sangat rumit karena harus punya vendor yang ditunjuk oleh perusahaan, waktu proses di internal perusahaan sangat lama karena setiap kali ada pembelian harus ada approval dari level beberapa atasan dari pihak pengguna barang dan akhirnya sampai ke bagian procurement atau pengadaan setelah hampir 10-15 hari kerja. Belum lagi penyelesaian pembayaran kepada vendor dan transparansi pengadaan kepada vendor tertentu seringkali tidak jelas.
Revolusi Industri 4.0
Menginjak Revolusi Industri 4.0, teknologi telah mengubah cara tradisional atau konvesional menjadi digital. Termasuk bidang pengadaan atau procurement menjadi e-procurement.
E-procurement memiliki manfaat yang sangat strategis bagi setiap perusahaan karena dari segi aksesibilitas kebutuhan barang dan jasa sangat efisien dan transparan. Mudah diakses karena adanya platform yang menyediakan fasilsitas e-procurement dengan menawarkan sejumlah manfaat yang dapat dirasakan berbagai perusahaan.
Manfaat yang dapat dirasakan oleh berbagai perusahaan calon pengguna e-procurement adalah peningkatan efisiensi internal perusahaan, pemotongan biaya pengadaan, mengurangi potensi kesalahan dalam setiap transaksi, menghindari potensi kecurangan dalam pengadaan barang dan jasa.
Tren e-procurement di tahun 2019
Jika sebelumnya di tahun 2017 dan 2018 pembicaraan penting untuk pengadaan adalah big data dan blogchain, maka tren teknologi 2019 , blogchain, cloud, IoT, artificial intellgence dan robotic process automation (RPA) semakin gencar digunakan untuk bidang pengadaan barang dan jasa.
Hal ini terbukti hampir perusahaan manufaktur maupun perusahaan suplai sudah menggunakan teknologi ini untuk kebutuhan e-procurement di perusahaannya.