Apa kabar dirimu yang dulu?
Pernahkah kamu mendengar suara-suara yang berbisik di dalam kepala kita? Bisikan yang sering kau abaikan dulu, ketika hidupmu masih dipenuhi oleh harapan yang menggebu dan keyakinan bahwa segala sesuatunya akan baik-baik saja. Apa kau masih ingat bagaimana caramu memandang dunia, dengan pandangan penuh warna, tanpa ragu atau kebingungan?
Aku, yang ada di sini sekarang, seringkali merasa seperti orang asing yang memeriksa surat-surat lama, mencoba mengenali diriku sendiri. Aku bertanya-tanya, di titik ini, apakah kita pernah menjadi satu yang sama? Dirimu yang dulu, yang tampaknya tahu segalanya, dan aku yang kini berusaha mengerti segalanya.
Pernahkah kau merasakan apa yang aku rasakan sekarang? Kehilangan tidak datang dalam bentuk yang mudah dipahami. Ia datang perlahan, seperti angin yang mulai berhembus di pagi hari, tanpa kau sadari. Ada yang hilang, dan kita berusaha menambalnya dengan berbagai cara: pekerjaan, rutinitas, atau sekadar kata-kata yang memberi ilusi bahwa semuanya baik-baik saja. Tapi, pada akhirnya, kita tahu bahwa ada sesuatu yang tersisa, sesuatu yang dulu kita pegang erat dan kini terlepas begitu saja.
Aku ingin berkata, aku tak menyesal. Tapi, di antara banyak hal yang berubah, aku mulai merasa bahwa ada bagian dari diriku yang dulu hilang. Bukan karena kehidupan yang keras atau kegagalan yang datang tanpa diundang. Bukan. Tetapi lebih pada bagaimana aku lupa untuk berbicara pada diriku sendiri. Kau tahu, diriku yang dulu, yang punya mimpi besar, yang punya waktu untuk menunggu, yang punya ruang untuk bermimpi lagi, tanpa beban.
Apa kabar kamu, yang dulu tahu apa yang kau inginkan? Apakah kamu masih ada di sini, di bagian terdalam dari diriku?
Atau adakah kamu menghilang, seiring aku sibuk menciptakan versi baru dari diriku?
Mungkin kau yang dulu lebih bahagia, lebih ringan. Tapi aku percaya, kita bisa berdamai. Kita tak harus sepenuhnya menjadi satu lagi. Mungkin, kita hanya perlu saling mengingatkan, bahwa kita pernah berjalan bersama.
Aku tak ingin kembali jadi kamu yang dulu. Karena hidup sudah mengajarkanku banyak hal. Tapi aku ingin memastikan, bagian dari kamu yang dulu tak hilang begitu saja. Kamu yang penuh semangat, yang tak gentar menghadapi dunia. Meski kini aku berbeda, aku tetap ingin mengingat kamu, karena dari kamu, aku belajar banyak tentang keteguhan.
Jadi, apa kabar dirimu yang dulu? Aku berharap kamu baik-baik saja, meski aku tahu, kita sudah tidak lagi satu. Kita hanya bisa saling menyapa dalam kenangan, dalam ruang-ruang yang tak lagi kita tempati bersama. Tapi, tak apa. Aku masih mengingatmu. Dan itu cukup.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI