Lihat ke Halaman Asli

Akhlis Purnomo

TERVERIFIKASI

Copywriter, editor, guru yoga

Mengapa Baca Buku Tak Harus Sampai Habis?

Diperbarui: 3 April 2021   12:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi membaca buku. (sumberL: DragonImages via kompas.com)

SEBAGAI seorang penulis tentunya membaca adalah sebuah kegiatan yang wajib. 

Bagi saya sendiri, membaca juga sudah menjadi sebuah ritual harian. Membaca buku di era digital sekarang juga belum tergantikan dengan artikel. Ada yang terasa kurang dengan membaca artikel-artikel pendek. 

Entah terasa belum tuntas atau puas karena isinya terlalu dangkal, tapi membaca buku atau karya yang panjang daripada sekadar listicle atau artikel populer di internet terasa lebih berkesan.

Namun, masalahnya membaca buku atau karya yang panjang dan relatif tebal butuh dedikasi tersendiri. Tak cuma waktu membaca, tetapi Anda juga harus menyisihkan tenaga pikiran untuk mencernanya. 

Di waktu luang, tak heran banyak orang lebih tergiur untuk 'mengistirahatkan' otaknya dengan   mengkonsumsi konten-konten ringan dan menghibur seperti sinetron, main gim daring. 

Boleh memang asal tak berlebihan apalagi kecanduan siang dan malam atau mengganggu produktivitas kehidupan nyata kita.

Saya sendiri boleh dikatakan pembaca yang agak aneh karena susah untuk menuntaskan bahan bacaan sampai habis. 

Saya pikir pikiran saya saja yang sedang lelah atau memang butuh istirahat, tapi lama kelamaan saya menemukan bahwa untuk buku-buku yang benar-benar menurut saya menarik, saya sanggup membacanya dalam hitungan jam atau hari. 

Namun, untuk buku yang topiknya sulit saya pahami dan memiliki gaya penulisan yang kurang menarik perhatian saya (bisa jadi karena terlalu lambat 'pace'-nya atau terlalu bertele-tele), saya jauh lebih lama bisa menyelesaikannya dan bahkan ada yang sama sekali saya tak tertarik untuk selesaikan membaca.

Saya pun merasa bersalah karena merasa tidak bisa membaca cepat dan kilat sampai habis. Padahal saya mesti membaca untuk memperkaya pengetahuan.

Nah, beberapa waktu lalu saya menyaksikan wawancara filsuf Yuval Noah Harari yang fenomenal itu dan ia secara sekilas menjelaskan kebiasaan membacanya yang unik. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline