Lihat ke Halaman Asli

Akhlis Purnomo

TERVERIFIKASI

Copywriter, editor, guru yoga

Suka Duka Mengajar Menulis dalam Bahasa Asing

Diperbarui: 26 Januari 2021   04:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengajarkan keterampilan menulis dalam bahasa asing tak semudah yang dibayangkan. (Foto: pexels.com)

SELAMA pandemi ini banyak hal yang baru yang saya pelajari sebagai penulis dan pegiat bahasa. Saya mendapat tawaran untuk mengajar menulis tapi karena masih dalam masa PSBB, saya harus melakukannya secara jarak jauh.

Awalnya terasa canggung sekali, tetapi apa daya. Saya juga harus menyesuaikan diri. Memang lebih enak kalau mengajar secara tatap muka. Bisa mendapatkan perhatian siswa secara utuh, tanpa terbagi. Namun, saya pikir lebih tidak enak lagi kalau saya harus jauh-jauh ke rumah siswa dan di tengah jalan saya terkena virus Covid-19.

Akhirnya saya pun mencoba mengajar dengan platform Zoom. Saya bisa tetap di rumah dan tak peduli dengan gangguan cuaca, asal listrik dan internet masih menyala, saya bisa mengajar.

Di sini saya tidak mengajarkan menulis dalam bahasa Indonesia, tetapi dalam bahasa Inggris. Maka dapat dikatakan tantangan saya juga lebih banyak.

Dengan menggunakan sistem daring begini, risiko salah tangkap bisa makin tinggi kalau misalnya artikulasi saya kurang, atau jika si murid ini salah dengar. Alhasil, saya harus sering berceloteh panjang lebar untuk memastikan si anak paham benar dengan materi yang saya jelaskan.

Menulis sebagai Fondasi Pendidikan Abad Digital

Dalam mengajarkan keterampilan menulis dalam bahasa asing, sebenarnya fondasinya mirip dengan keterampilan menulis dalam bahasa ibu. Sering saya tergoda untuk terperangkap dalam pemberian materi dan kemudian pemberian tugas semata. Lalu ya sudah, selesai.

Padahal jika ditilik esensinya, menulis pada dasarnya ialah sebuah kegiatan literasi yang berkaitan dengan pikiran. Ia mencakup proses belajar, dengan tujuan menyempurnakan pemikiran seseorang, dan untuk mempengaruhi pemikiran orang lain.

Menulis ialah kunci dalam komunikasi terutama di era melek huruf dan digital seperti sekarang. Manusia abad ke-21 adalah makhluk yang lebih banyak berkomunikasi lewat teks daripada para pendahulu mereka. Kita menggunakan media digital untuk menyampaikan apa saja dan semua itu lebih banyak dalam bentuk tulisan.

Menulis, meski bukan satu-satunya aspek dalam pendidikan, dapat dikatakan sebagai salah satu fondasi terpenting dalam pendidikan dasar hingga menengah dan tinggi. Bahkan setelah seseorang sudah meninggalkan bangku kuliah, ia akan terus memerlukan keterampilan menulis tersebut di berbagai kesempatan.

Buktinya orang dewasa yang sudah melampaui usia sekolah masih saja terus belajar bahasa dengan beragam tujuan tetapi intinya ialah agar mereka dapat meraih kesempatan yang lebih luas dalam era persaingan tenaga kerja di era globalisasi yang makin sengit persaingannya ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline