Lihat ke Halaman Asli

Wuri Handoko

TERVERIFIKASI

Peneliti dan Penikmat Kopi

Puisi | Sebongkah Batu di Dasar Telaga

Diperbarui: 28 September 2020   17:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: https://www.bobobox.co.id/

Air mata itu menetes tak hentinya. Ia menghancurkan sebongkah
batu dalam hatiku. Dalam waktu yang tak ada hentinya. Seperti
air sungai kepedihan yang menggenangi tanah yang menganga

Tempat luka mengendap waktu yang tak ada hentinya. Lalu menjadi
telaga yang menampung air mata. Hingga menjadi kesejukan, yang
tak ada hentinya. Menyelami air matamu adalah keikhlasan, kataku

Telaga kejernihan air matamu. Menganak sungai yang deras ke muara
Mengalir, yang tak hentinya. Di muara, kubendung dengan tangan
yang kubalut cinta, kasih dan sayang. Tak ada hentinya. 

Jernihnya air mata dalam telagamu. Setia pada kesejukan asalnya
Tak sampai ke laut yang airnya payau. Sebab laut tak mengerti
tentang mengalirnya air matamu. 

Aku adalah batu, yang menyimpan rindu untukmu. Membendung
air matamu. Aku adalah batu, yang mengendapkan lukamu,
agar larut di dasar telaga. Dan airnya jernih dengan tak ada hentinya




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline