Lihat ke Halaman Asli

Wijaya Kusumah

Guru Blogger Indonesia

Pak Pedro dan Tukang Soto

Diperbarui: 17 Januari 2022   13:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Sehabis ke kampus pascasarjana UNJ, saya mampir ke tukang soto langganan yang ada di jalan pemuda depan kampus UNJ. Saya melihat posisi gerobaknya sudah tak ada di tempat biasa. Saya diberitahu tukang parkir. Posisinya pindah untuk sementara. Rupanya gerobaknya ngumpet di sebelah sekolah Labschool UNJ. Ada razia dari polisi pamong praja DKI Jakarta.

Saya juga bertemu pak Pedro pedagang jus di kantin sekolah kami di Labschool UNJ. Pak Pedro terpaksa berjualan jus di pinggir jalan. Beliau berdagang jus untuk bertahan hidup di kota Jakarta. Kantin sekolah belum diperbolehkan buka, karena masih ada larangan dari dinas pendidikan untuk membuka kantin sekolah.

Saya teringat dengan lomba menulis JNE. Temanya JNE Bersama UMKM Untuk Indonesia.  Isinya cerita pengalaman JNE berkontribusi menunjang kebutuhan gaya hidup di era digital, selain juga mendukung bergulirnya roda perekonomian Indonesia pada level mikro (UMKM kuliner, tekno, fesyen/beauty, dsb) dengan menjembatani kebutuhan stakeholders (konsumen, marketplace, fintech, dan sebagainya).  

Pak Pedro dan tukang soto adalah wajah UMKM Indonesia. Mereka dipaksa berkelahi dengan kenyataan dan peraturan. Mereka harus mampu bertahan hidup di kerasnya hidup ibukota Jakarta. Mereka harus pindah berdagang ke sana kemari demi sesuap nasi. Larangan berjualan di pinggir jalan terpaksa mereka langgar. Seringkali mereka main kucing-kucingan dengan polisi pamong praja.

Saya posting foto tukang soto di wa group belajar menulis PGRI. Saya minta peserta belajar menulis untuk membuat tulisan tentang foto di atas. Ada ibu Nia dari Lebak Banten menuliskan ceritanya.

Pagi itu Bu Rahmi dan suaminya seperti biasa mangkal di pinggir jalan depan Masjid, untuk berjualan soto ayam. Dengan setia Bu Rahmi selalu menemani dan membantu suaminya berjualan. Mencari nafkah demi anak-anaknya agar dapat menyelesaikan sekolah di Perguruan Tinggi.

Bu Rahmi berharap pagi ini  pelanggan datang lebih banyak lagi, agar dapat cepat terkumpul tabungannya untuk membayar uang semester anaknya yang sedang kuliah.

Alhamdulillah ternyata hari ini Bu Rahmi mendapat order besar dari seorang pelanggannya yang bernama OmJay. Beliau akan membagikan soto-soto itu kepada orang-orang yang datang untuk sholat berjamaah di masjid siang ini.

Alangkah indahnya cerita fiksi ibu Nia. Seandainya saya punya banyak uang, akan saya borong semua dagangan mereka. Saya bagikan kepada kawan-kawan guru yang membutuhkan makan siang. Soto dan jusnya sangat enak sekali. Banyak orang yang membeli. Seandainya Pak Pedro dan tukang Soto menguasai teknologi terkini, mereka tak perlu capek berjualan di pinggir jalan seperti ini. Cukup memasarkan dagangan mereka lewat online saja. Minuman Jus dan soto segera sampai ke tangan pembeli.

Hanya saja, diperlukan tenaga tambahan untuk mengantar soto dan jus ke tempat tujuan. Butuh jasa kurir untuk mengantarkan makanan dan minuman. Kurir JNE bisa diberdayakan. Kurir JNE tidak hanya mengirimkan barang dan jasa saja, tapi juga siap mengirimkan makanan dan minuman ke tempat tujuan. Itulah yang dilakukan oleh gojek dengan gofoodnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline