Lihat ke Halaman Asli

Dewi Wulan Angraeni

Guru Sekolah Dasar

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Keempat_CGP Angkatan 6

Diperbarui: 24 Oktober 2022   22:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Model Refleksi Connection, Challenge, Concept, Change (4C)

"Budaya Positif" 

Sekolah merupakan rumah kedua, sehingga harus memberikan rasa enang, aman, dan nyaman kepada seluruh warganya. Modul 1.4 "Budaya Positif" ini menjembatani saya untuk menjadi pemimpin pembelajaran yang berpihak kepada murid, sehingga terwujudnya Profil Pelajar Pancasila.

Sebagai Calon Guru Penggerak, saya harus dapat menciptakan budaya positif baik di kelas maupun di sekolah. Materi dalam modul 1.4 membuat saya memiliki pemahaman dan pengalaman yang lebih mendalam tentang bagaimana peran guru dalam menciptakan budaya positif di sekolah dengan menerapkan konsep-konsep inti seperti disiplin positif, motivasi perilaku manusia (hukuman dan penghargaan), posisi kontrol restitusi, keyakinan sekolah/kelas, segitiga restitusi.

Banyak materi baru yang saya dapatkan pada modul 1.4. Selama ini saya berasumsi bahwa guru dapat mengontrol murid dalam perilakunya. Saya berpikir, dengan memberikan penguatan positif dan membuat murid merasa bersalah, akan menumbuhkan motivasi murid untuk melakukan nilai-nilai kebajikan. Ternyata, hal tersebut hanyalah ilusi. Saya juga sering berada pada posisi penghukum, tanpa ingin mengetahui apa yang murid butuhkan.

Konsep utama yang saya pelajari dari modul 1.4 ini adalah disiplin positif, motivasi perilaku manusia (hukuman dan penghargaan), posisi kontrol restitusi, keyakinan sekolah/kelas, segitiga restitusi.

Sebelumnya, saya memaknai disiplin sebagai kepatuhan murid pada peraturan atau tata tertib sekolah. Namun, hal itu adalah hal yang tidak benar. Disiplin positif adalah belajar kontrol diri dengan menggali potensi, untuk mencapai tujuan yang mulia. Tujuan dari disiplin positif adalah menanamkan motivasi yang pada murid untuk menjadi orang yang mereka inginkan berdasarkan nilai-nilai yang mereka hargai.

Pada konsep teori kontrol, saya mempelajari bahwa setiap orang memiliki kontrol atas dirinya sendiri, termasuk murid. Murid memiliki kemerdekaan, cakap untuk memerintah dirinya sendiri (Ki Hadjar Dewantara). Dalam menciptakan disiiplin positif, guru perlu menghilangkan ilusi guru mengontrol murid, penguatan positif efektif dan bermanfaat, kritik dan membuat rasa bersalah menguatkan karakter, dan ilusi orang dewasa berhak memaksa.

Konsep penting lainnya yang saya pelajari adalah teori motivasi. Perilaku yang ditunjukan oleh seseorang didasari oleh sebuah tujuan/ motivasi. Menurut Diane Gossen, terdapat 3 motivasi yang mendasari perilaku manusia, yaitu menghindari hukuman, mendapat imbalan, dan menghargai diri sendiri.

Motivasi menghindari hukuman dan mendapat imbalan merupakan motivasi ekstrinsik, sehingga dampaknya akan terasa dalam jangka pendek. Sedangkan motivasi menghargai diri sendiri merupakan motivasi intrinsik. Dalam menciptakan disiplin positif, diharapkan tumbuhna motivasi intrinsik murid, agar murid untuk menjadi orang yang mereka inginkan berdasarkan nilai-nilai yang mereka hargai.

Selanjutnya, konsep posisi kontrol guru. Terdapat 5 posisi kontrol guru dalam menyelesaikan masalah murid, yaitu penghukum, pembuat rasa bersalah, pemantau, teman, dan manajer. Dengan posisi penghukum dan pembuat rasa bersalah, murid akan melaksanakan nilai-nilai kebajikan karena tidak ingin mendapatkan hukuman. Dengan posisi pemntau dan teman, murid akan melaksanakan nilai-nilai kebajikan karena ingin mendapatkan imbalan, dan dengan posisi manajer, murid akan melaksanakan nilai-nilai kebajikan karena menghargai dirinya sendiri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline