Lihat ke Halaman Asli

Widi Kurniawan

TERVERIFIKASI

Pegawai

Enggan Cuti Sakit dan Maksain Kerja, Ujungnya Masuk IGD

Diperbarui: 4 Juni 2021   05:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi suSuasana kerja di kantor (Foto: Pexels.com/fauxels)

Seorang karyawan atau pegawai pasti akan merasakan dilema ketika akan mengajukan izin atau cuti sakit. Apalagi jika sakitnya terbilang "receh" macam tidak enak badan, sesekali pilek, sakit kepala hingga keseleo atau jari tangan kejepit pintu.

Dilema itu mewujud dalam rasa tidak enak hati dengan atasan atau rekan-rekan kerja. Muncul rasa was-was andai orang-orang di kantor tidak mempercayai kondisi kita. Timbul pula ketakutan jika bos di kantor justru menilai buruk karena kita dianggap mengada-ada cari alasan tidak masuk kerja.

Perasaan seperti itu wajar saja dan manusiawi. Namun bisa berakibat fatal jika kita tidak bisa mengukur sejauh mana kita bisa bertahan untuk tetap bekerja di kala tubuh tidak mendukung.

Pengalaman beberapa tahun lalu saat masih terbilang awal bekerja di Jakarta, benar-benar mengubah pandangan saya tentang bagaimana harus bertindak tatkala gejala sakit menyerang di hari kerja.

Saat itu badan saya sudah terasa tidak enak sejak bangun tidur. Namun karena teringat dengan tugas-tugas yang harus diselesaikan di kantor dan rasa tidak enak hati jika minta izin ke atasan, maka saya pun memaksakan diri untuk berangkat kerja.

Tahun itu, jauh sebelum pandemi menyerang dunia, saya pun masih mengalami hiruk-pikuk kepadatan naik KRL Commuterline dari Bogor menuju Jakarta. Dalam kondisi tidak fit, saya tetap memaksakan diri berhimpitan dengan para penumpang kereta.

Hingga saat kereta masuk stasiun Manggarai, tubuh saya terasa makin lemah, kepala saya pusing dan perut rasanya melilit. Dalam kondisi seperti itu, terpaksa saya meminta tempat duduk penumpang perempuan di depan saya, padahal tinggal satu stasiun lagi saya bakal turun.

Orang-orang seolah melihat saya dengan aneh. Baru kali ini ada penumpang cowok meminta tempat duduk milik perempuan. Tapi ah, daripada jatuh pingsan, saya terpaksa melakukannya.

Sampai di kantor, tubuh saya benar-benar sudah lemas. Melihat kondisi saya seperti itu, atasan saya melongo dan hanya mengangguk ketika saya meminta izin berobat ke rumah sakit. Mungkin ia tak bisa berkata-kata, karena tadinya mau ngasih kerjaan tapi malah melihat kondisi saya yang oleng.

Dari kantor saya naik taksi sendirian ke RS Fatmawati. Saya berusaha menguatkan diri untuk tetap melek dan bisa berdiri serta berjalan. Tak ada rekan saya yang menyertai saya saat itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline