Lihat ke Halaman Asli

Weedy Koshino

TERVERIFIKASI

Weedy Koshino

Osonae, Pemberian Sajen di Jepang

Diperbarui: 24 Juni 2015   03:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13868985371289829304

[caption id="attachment_298400" align="aligncenter" width="300" caption="Osonae di pinggir jalan (dok pribadi)"][/caption] Beberapa hari yang lalu, dalam perjalanan ke supermarket, tertegun saya ketika mata melihat bunga yang ditaruh dalam wadah di pinggir jalan. Ah, malangnya. Ada kejadian apa ya? Anak kecil atau orang dewasa? Sambil melangkah, pikiran melayang ke anak sulung saya yang sedang sekolah. Ingin rasanya segera ketemu dengan si sulung dan sedikit memberikan wejangan (lagi) kepadanya, agar selalu berhati-hati di jalan. Bunga dipinggir jalan itu, orang Jepang menyebutnya dengan Osonae (お供え、おそなえ), sesajen yang diberikan/ditaruh sebagai tanda duka cita yang dalam. Dan Osonae yang diletakkan di pinggir jalan itu menandakan kalau pernah ada suatu kejadian yang menyebabkan korban jiwa. [caption id="attachment_298398" align="aligncenter" width="240" caption="Osonae di pinggir jalan (dok pribadi)"]

1386898372710938519

[/caption] Suatu kejadian itu, misalnya kecelakaan motor, mobil atau bis yang mengakibatkan melayangnya nyawa seseorang. Dan sebagai tanda duka terhadap korban itu agar arwahnya tenang (rest in peace) ditaruhlah beberapa kuntum bunga atau makanan kesukaan korban yang meninggal, di pinggir jalan dekat tempat kecelakaan pernah terjadi. Kebetulan Osonae, sesajen yang saya lihat saat itu ada diperempatan jalan, dimana anak saya setiap hari harus melewati dan menyeberang untuk berangkat dan pulang sekolah. Cukup membuat saya jadi khawatir dan cemas akan keselamatan anak saya. Sebenarnya Osonae, bukanlah hanya sesajen yang ada di pinggir jalan saja, bisa juga sesajen itu diletakkan di Butsudan (仏壇), adalah ruang suci kecil yang biasanya ditemukan pada kuil dan rumah penduduk dalam budaya Buddhisme di Jepang. [caption id="attachment_298399" align="aligncenter" width="240" caption="Butsudan (image:wikipedia)"]

13868984351253375012

[/caption] Butsudan merupakan sebuah altar berbentuk lemari kayu dengan pintu untuk menyimpan suatu benda keagamaan dan biasanya menjadi tempat menyimpan seperangkat alat-alat keagamaan, yang disebut Butsugu (仏具), misalnya lilin, dupa, genta, dan nampan untuk menempatkan sesajen seperti buah-buahan,makanan dan minuman. Dirumah mertua saya, ada Butsudan kecil, yang didalamnya tersimpan bubuk tulang orang tua mereka yang telah dibakar. Dan sering saya lihat, Osonae atau sesajennya yang terdiri dari dango (mochi=ketan yang ditusuk seperti sate) Osenbe (kerupuk ala jepang) dan makanan tradisional jepang lainnya, tak lupa secangkir air putih, ditaruh di depan Butsudan itu. Orang budha mempercayai, arwah yang sudah meninggal akan merasa tetap diingat dan dihormati dengan adanya Osonae atau sesajen yang ditaruh di Butsudan itu. Dan mereka percaya juga bahwa para arwah akan memakan sesajen yang ada, hingga rasa sesajen itu nantinya akan menjadi hambar karena sarinya sudah diambil oleh arwah orang yang sudah meninggal. Osonae, paling banyak bisa kita lihat ketika musim panas, saat upacara Obon sekitar tanggal 15 Juli, dimana kita sebut itu sebagai perayaan penyambutan arwah leluhur. Serem ya, tapi ketika saya tanya mertua saya bagaimana perasaannya ketika perayaan obon tiba, apakah mereka takut kalau memang benar arwah leluhur mereka datang? Dan jawaban mereka cukup membuat saya kaget, "Lho kenapa takut, itu kan arwah orang yang kita kenal baik, malah saya bener-bener ingin ketemu, lain halnya kalau arwahnya tidak kita kenal, kalau itu bikin takut juga ya." Waaaa tetep saja bagi saya seremm... Setelah saya sedikit mengerti maksud dari pemberian Osonae, acara Obon dan lain-lain, kadang bikin saya suka merinding sendiri ketika saya berkunjung ke rumah okaasan (panggilan ibu, dalam hal ini ibu mertua) pada saat musim obon berlangsung. Dan pernah ada kejadian cukup heboh ketika otousan (panggilan ayah, dalam hal ini bapak mertua) buru buru menutup kaca jendela ketika kupu kupu bertengger di dalam rumah. Yang katanya, kupu-kupu yang datang ketika musim obon itu adalah jelmaan dari arwah para leluhur mereka, tidak boleh diusir keluar rumah apalagi dibunuh. Ampun deh Otousan, ceritanya itu sempet bikin jantung mau copot saking takutnya. Anak-anak saya suka gemes dan jelalatan matanya kalau lihat Osonae nya berupa cemilan dengan warna dan bentuk yang menarik yang ada di Butsudan itu. Tapi setelah tahu artinya, mereka buru-buru mundur pelan-pelan :D Isi dari Osonae ini bisa beraneka ragam, misalnya ketika saya lihat Osonae yang terdiri dari bunga, lalu ditaruh disampingnya, cemilan/snack serta mainan seperti, boneka atau mobil,  itu pertanda kalau korban yang meninggal adalah seorang anak kecil. Mungkin kita jadi teringat Bali ya, kalau bicara tentang sesajen, dimana sesajen yang dilakukan di Bali adalah sebagai penghormatan dan rasa syukur kepada para dewa. Ternyata beda tempat beda pula budaya dan tradisi. Setiap tempat atau negara tentunya mempunyai keunikannya tersendiri, dimana kita harus selalu menghormati adanya setiap perbedaan Salam Hangat, wk

Tulisan sebelumnya:

Alamak, Sampah Pun Harus Dibayar

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline