Lihat ke Halaman Asli

Dede Rusmana

Sedang belajar menulis.

Senyuman Terakhir

Diperbarui: 10 September 2017   18:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

"Aku mau kita naik itu!!" seru seorang wanita mengagetkanku. Dia tepat disampingku, satu tangannya bergelayutan di lenganku. Aku mendongak ke arah yang ditunjuknya. Sebuah wahana Ontang-anting terlihat menarik mataku, fanorama yang mungkin terlihat dari atas sana seolah merayu untuk kunaiki.

"Ayo!" seru seorang teman lelaki, satu sekolah denganku. Kulihat jari-jari tangannya berpautan dengan jari mungil teman perempuannya. Mereka berlarian, diikuti teman-teman yang lain.

Melihat teman-teman yang lain menikmatinya, perempuan disampingku semakin bersemangat. "Kau mau ikut tidak?" tanya perempuan disampingku. Aku menoleh padanya. Mata coklatnya terlihat cemerlang penuh harap. Aku ingin menolak, tapi saat itu berat sekali rasanya. Terlebih dia mengkedip-kedipkan matanya seperti anjing lucu.

Aku mengangguk.

Perempuan itu tertawa kecil. Tanpa kusadari dia memegang tanganku. Aku sedikit terkesiap, sentuhan telapak tangan-nya terasa begitu dingin. Aku memandang langit, cuacanya begitu cerah dan udara agak panas. Tapi mengapa tangannya begitu dingin?"

Sekarang, kutautkan jari tanganku pada jari-jarinya yang terasa beku. Aku memberi kehangatan hati lewat sentuhan jari-jariku. Kuharap saat itu aku menyentuh palung hatinya.

 Aku menarik perempuan itu, berlari menghampiri wahana Ontang-anting.

"Fiuh, panjang sekali antrian-nya!" gumam-nya. Punggung tangannya mengusap lembut air yang mulai bercucuran dari dahinya. Aku mengambil sapu tanganku dari saku, dan kusodorkan padanya.

"Terima kasih!" kata perempuan itu seraya mengusap keringat dengan sapu tangan biru yang kuberikan dua detik lalu.

Jeritan dan tawa dari atas sana mulai terdengar, seiring mulai beraksinya wahana itu. Aku menatap malas antrian di depanku yang penuh sesak. Juga rengekan seorang anak kecil di belakangku membuat antrian ini semakin panas. Aku tidak tahu kenapa anak itu menangis. Tapi, waktu itu rengekannya amat memekikan telingaku. Untuk membenamnya, aku mengambil headset dari tasku dan menjajalkan di telinga kanan kiriku. Lalu memutar lagu dari Mp3 Playerku. Dan perlahan kebisingan di sekitarku menghilang, dilebur musik yang perlahan kunikmati.

Beberapa menit kemudian perempuan disampingku menyambar headset di telinga sebelah kananku, lalu memakainya. Hal itu membuatku tertarik dan sedikit menunduk akibat tingginya hanya sebahuku. Sekarang rambutnya hanya beberapa inci dari hidungku. Bau parfum bayi menyeruak penciumanku. Dasar cewek!Kataku dalam hati. Aku terkekeh sedetik kemudian melihat senyuman terukir di wajahnya. Beberapa menit kemudian dia merebut Mp3 Player dari genggamanku, lalu memutar sebuah lullaby song.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline