Lihat ke Halaman Asli

Wayudin

Pengabdian tiada henti

Sikap Cermat Kala Situasi Darurat Menjerat

Diperbarui: 20 Mei 2020   16:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Situasi pandemi saat ini telah menimbulkan ketidakpastian di tengah-tengah masyarakat. Sebagian usaha masyarakat harus terhenti akibat aturan PSBB yang diberlakukan pemerintah.

Ancaman PHK pun menimpa sebagian karyawan akibat perusahaan yang tidak sanggup lagi menganggung biaya opreasional sementara pendapatan yang masuk berkurang drastis. Hal ini tentu saja menimbulkan kepanikan massal di tengah-tengah masyarakat.

Di saat panik melanda, tak jarang masyarakat akan terpancing untuk melakukan tindakan-tindakan irasional yang sebenarnya justru dapat menimbulkan krisis yang lebih besar di tengah-tengah masyarakat bahkan dunia. Panik di saat-saat seperti ini memang tidak dapat dihindarkan, namun di tengah-tengah kepanikan tentunya jangan lupa untuk tetap rasional. Sikap cerdas dan rasional di saat ekonomi sulit sedang membelit dapat dilakukan dalam empat hal berikut :

1. Uang tunai (cash)

Kala panik melanda, tak jarang masyarakat akan merasa lebih aman bila memegang uang tunai dalam jumlah banyak. Hal ini dikarenakan masyarakat khawatir akan ketidakpastian di masa depan sehingga beranggapan akan lebih aman bila memegang uang tunai di tangan. Akibatnya adalah masyarakat akan berbondong-bondong melakukan penarikan dananya dari bank (rush) sehingga resiko terburuk adalah dapat mengganggu likuiditas dari bank yang bersangkutan bahkan bisa jadi menyebabkan kolapsnya sebuah bank.

Krisis ekonomi tahun 1998 lalu telah menjadi saksi sejarah bahwa paniknya masyarakat dalam melakukan rush besar-besaran terhadap dananya di perbankan telah menimbukan guncangan hebat terhadap dunia perbankan pada saat itu. 

Tindakan yang cerdas di saat pandemi ini justru dengan memegang uang tunai dalam jumlah secukupnya. Selain mengurangi resiko kejahatan terhadap kita, virus corona diketahui juga dapat bertahan hidup beberapa lama di bahan kertas dan logam, termasuk uang yang kita pegang. Untuk bertransaksi, kita bisa menggunakan uang elektronik untuk menggantikan uang fisik sekaligus menyukseskan gerakan cashless society dari BI.

2. Kebutuhan pokok   

Saat awal merebaknya pandemi ini di Indonesia, kepanikan masyarakat ditunjukkan dengan terjadinya panic buying terhadap kebutuhan pokok di beberapa wilayah di Indonesia. Hal ini berakibat pada menipisnya stok beberapa sembako dan mengakibatkan kenaikan harga, terutama gula.

Pemerintah sejak awal sudah memberikan jaminan bahwa masyarakat tidak perlu mengkhawatirkan masalah kebutuhan pokok karena pemerintah memiliki persediaan yang cukup seharusnya menjadi alasan bagi masyarakat untuk berhenti melakukan penimbunan stok bahan makanan.

Penimbunan stok bahan makanan oleh masyarakat yang tergolong mampu tentu akan menimbulkan kecemburuan sosial bagi yang kurang mampu dan dapat menjadi bom waktu krisis sosial yang siap meledak ketika situasi menjadi semakin kacau tak terkendali. Selain itu, pembelian barang kebutuhan pokok secara berlebihan tentunya akan mendorong naiknya angka inflasi secara nasional sehingga mempersulit regulator (Bank Indonesia) untuk menurunkan tingkat suku bunga agar perekonomian semakin bergairah. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline