Lihat ke Halaman Asli

Wawan Fun Tahsin

Penyuluh Agama Islam KUA Mlati

Adaptasi Budaya dalam kalender Jawa Islam

Diperbarui: 25 Juni 2025   09:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Penanggalan jawa islam di mulai 1 suro, yang juga bertepatan dengan 1 muharram pada penanggalan islam. Bermula ditetapkan oleh Sultan Agung Hanyokro kusumo, raja mataram Islam pada tahun 1633. 

Penanggalan jawa yang semula mengikuti tahun saka (dengan metode gabungan matahari dan bulan), kemudian bergeser menjadi perhitungan islam. Hal ini sebagai simbol Islamisasi, yang dikukuhkan oleh politik kekuasaan. 

Adapun proses adopsi kalender Islam, tetap disesuaikan secara adapatif dengan budaya Jawa dan Tradisi Keraton Mataram Islam serta peringatan hari besar Islam. Hal ini tercermin dalam penamaan bulan-bulan dalm setahun.

1. Suro = muharram

Karena di bulan muharram ada puasa asyura, serta memperingati pembantaian sayid  Husain cucu Nabi Saw pada  10 muharram. Di bulan muharram adalah bulan beribadah yang berlipatganda pahalanya, serta adzab yang keras bagi yang bermaksiyat. 

Tradisi yang dikembangkan : ziarah ke makam leluhur, pawai simpatik (mengarak pusaka keraton, perawatan pusaka keraton).

2. Sapar = Safar

Bulan perjalanan

3. Mulud = Rabiul Awwal

Dinamai mulud, karena terdapat peringatan kelahiran Nabi saw, pada 12 rabiul awwal, yang secara luas dikenal sebagai Maulid Nabi. Keraton mengadakan Garebeg Maulid.

4. Bodo Mulud = Rabiul Akhir

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline