Lihat ke Halaman Asli

[AdS] Jalan Lurus

Diperbarui: 24 Oktober 2019   12:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri.

<< Sebelumnya

*

Setelah cukup lama terdiam, lelaki tampan bertubuh gempal yang memelihara jenggot di dagunya itu melirik ke arah lelaki bersorban putih di sebelahnya. Setelah melihat sebentar ke arah wanita cantik berkacamata yang mengenakan kerudung panjang berwarna merah marun yang di padan dengan rok kain batik panjang itu dia menatap mata lelaki tua berwajah teduh yang memakai peci hitam di depannya.

Di ruang keluarga. Di atas meja yang terbuat dari kayu jati, di depan tiga gelas kopi dan tiga gelas teh manis, suasana saat ini terasa begitu kaku.

Mata wanita cantik berkacamata yang memiliki kulit berwarna kuning langsat ini tampak sembab, dia habis menangis. Begitupun dengan mata Lelaki tampan bertubuh gempal yang memelihara jenggot di dagunya ini, matanya masih terlihat memerah dan berkaca-kaca karena baru saja selesai menangis, setelah mendengarkan semua penjelasan lelaki bersorban putih di sebelahnya. Lelaki bersorban putih itu adalah kyai yang dia harapkan untuk membantu agar dia bisa terus bersama wanita pujaan hatinya ini.

Masih diam, dia kembali melirik ke arah lelaki bersorban putih di sebelahnya, sebelum kembali menatap ke arah lelaki tua berpeci hitam di depannya. Tarikan nafasnya terdengar begitu panjang. Ada rasa kecewa di dalam helaan nafasnya itu.

Sekian tahun lamanya dia membina rumah tangga, telah melakukan segala cara agar bisa terus bersama dengan wanita yang sudah dua puluh satu tahun lamanya menjadi pendamping hidupnya itu dan  malam ini adalah malam keputusan yang berat baginya. Perceraian adalah hal yang paling di benci oleh agama, tapi dia juga sadar, jika dia masih memaksakan kehendaknya pada wanita yang sudah sering meminta berpisah dengannya, hanya akan membuat mereka semakin terjerumus ke dalam kubangan dosa.

Setelah cukup lama saling diam, tenggelam di dalam pikiran masing-masing. Akhirnya Lelaki tampan bertubuh gempal yang memelihara jenggot di dagunya itu membuka suara.

Wanita cantik berkacamata yang mengenakan kerudung panjang berwarna merah marun di padan dengan rok kain batik panjang masih menunduk, menatap permukaan alas permadani yang menjadi alas meja. Sambil terus menggenggam erat tangan lelaki tampan yang mengenakan baju kemeja lengan panjang berwarna coklat muda yang saat ini tengah berdiri di sebelahnya, bibirnya tak henti melafazkan ayat demi ayat di dalam surat Al-fatihah. Memohon agar di bukakan jalan. Jalan yang lurus bukan jalan yang menyesatkan hidupnya.

**

"Saya begitu mencintainya,"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline