Lihat ke Halaman Asli

Cerpen | Enam Belas Dua Puluh

Diperbarui: 5 Juli 2019   07:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

1620

Deretan angka terasa biasa bagi mereka, deretan angka yang biasa di temukan di mana saja,

bisa di tulis sembarang.

Tapi tidak bagi engkau dan aku, itu angka keramat

Tak berani mengutak-atiknya, biarlah tetap deretan angka seperti itu, jangan bertambah atau berkurang

Tersimpan cerita Indah di deretan angka itu.  Antara engkau dan aku.

Enam belas dua puluh tak lekang oleh waktu, terpatri dalam jiwa selamanya.


*****

Di atas bangku trotoar jalanan kota kelahiranmu, di mana aku dan engkau dulu pernah duduk berdua di tempat ini. Di bangku trotoar jalanan kota kembang, di antara desiran suara angin yang menggugurkan dedaunan, saat itu sambil menggengam jemari tanganku, engkau kembali berbisik di telingaku, "Mas, aku mencintaimu, jangan tinggalkan aku, karena tanpamu di sampingku, aku begitu rapuh."

Dan bangku trotoar kala itu menjadi saksi bersama senja, saat aku berbisik pelan di telingamu,"Aku menitipkanmu pada Tuhanku, untukmu aku pasti kembali."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline