Lihat ke Halaman Asli

Kris Wantoro Sumbayak

TERVERIFIKASI

Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

Mengenal Kasih Yesus Sejak Perjamuan Makan Terakhir

Diperbarui: 3 April 2021   23:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi membasuh kaki | foto: lardejesus.com.br, roti dan anggur | foto: Holy Mass Images via theodysseyonline.com, olah gambar: KRAISWAN

Jika Yesus tidak menyerahkan diri ke atas kayu salib, manusia takkan pernah mengenal kasih Allah

Sesaat sebelum keluar dari tanah perbudakan, Mesir, Bangsa Israel (pada masa Perjanjian Lama) mendapat perintah untuk memperingati Paskah turun-temurun. Peringatan atas karya Allah yang membebaskan melalui pengorbanan anak domba.

Ratusan tahun kemudian, pada masa Perjanjian Baru, bangsa Israel tetap menjaga tradisi tersebut. Perayaan Paskah dengan mempersembahkan anak domba. Tiap-tiap kaum keluarga harus menyembelih seekor domba jantan berumur setahun yang tidak bercela. Melalui persembahan itu, mereka mengingat pernah dibebaskan (diselamatkan) dari negeri perbudakan.

Menjelang perayaan Paskah. Yesus mengadakan perjamuan makan terakhir bersama kedua belas muridNya. Mengapa terakhir? Karena esoknya Ia akan dieksekusi, disembelih bak anak domba yang dipersembahkan dalam perayaan Paskah.

Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya. -- Yesaya 53:7

Rasul Yohanes dan Paulus memperkuat kesaksian ini, "Lihatlah Anak Domba Allah!" (Yohanes 1:36) ...Sebab anak domba Paskah kita juga telah disembelih, yaitu Kristus. (1 Korintus 5:7)

Tiga belas orang, persekutuan guru dan murid berkumpul di sebuah rumah. Makanan sudah tersaji di atas meja, siap dinikmati. Tapi tunggu, di mana pelayan yang harus membasuh kaki mereka? Tidak mungkin mereka makan dengan kaki masih penuh debu. Adakah di antara para murid yang mengambil inisiatif?

Setelah menanggalkan jubahnya, salah seorang berdiri. Diambilnya sehelai kain, diikat pada pinggangnya. Dituangkan air ke dalam sebuah pinggan besar, dan mulai membasuh kaki setiap orang.

Menariknya, dalam jajaran pria yang melingkari meja itu sang guru tidak termasuk. Di mana dia gerangan? Dialah yang membasuh kaki para murid. "Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu; sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline