Mohon tunggu...
Kris Wantoro Sumbayak
Kris Wantoro Sumbayak Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengenal Kasih Yesus Sejak Perjamuan Makan Terakhir

3 April 2021   23:16 Diperbarui: 3 April 2021   23:21 479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi membasuh kaki | foto: lardejesus.com.br, roti dan anggur | foto: Holy Mass Images via theodysseyonline.com, olah gambar: KRAISWAN

Jika Yesus tidak menyerahkan diri ke atas kayu salib, manusia takkan pernah mengenal kasih Allah

Sesaat sebelum keluar dari tanah perbudakan, Mesir, Bangsa Israel (pada masa Perjanjian Lama) mendapat perintah untuk memperingati Paskah turun-temurun. Peringatan atas karya Allah yang membebaskan melalui pengorbanan anak domba.

Ratusan tahun kemudian, pada masa Perjanjian Baru, bangsa Israel tetap menjaga tradisi tersebut. Perayaan Paskah dengan mempersembahkan anak domba. Tiap-tiap kaum keluarga harus menyembelih seekor domba jantan berumur setahun yang tidak bercela. Melalui persembahan itu, mereka mengingat pernah dibebaskan (diselamatkan) dari negeri perbudakan.

Menjelang perayaan Paskah. Yesus mengadakan perjamuan makan terakhir bersama kedua belas muridNya. Mengapa terakhir? Karena esoknya Ia akan dieksekusi, disembelih bak anak domba yang dipersembahkan dalam perayaan Paskah.

Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya. -- Yesaya 53:7

Rasul Yohanes dan Paulus memperkuat kesaksian ini, "Lihatlah Anak Domba Allah!" (Yohanes 1:36) ...Sebab anak domba Paskah kita juga telah disembelih, yaitu Kristus. (1 Korintus 5:7)

Tiga belas orang, persekutuan guru dan murid berkumpul di sebuah rumah. Makanan sudah tersaji di atas meja, siap dinikmati. Tapi tunggu, di mana pelayan yang harus membasuh kaki mereka? Tidak mungkin mereka makan dengan kaki masih penuh debu. Adakah di antara para murid yang mengambil inisiatif?

Setelah menanggalkan jubahnya, salah seorang berdiri. Diambilnya sehelai kain, diikat pada pinggangnya. Dituangkan air ke dalam sebuah pinggan besar, dan mulai membasuh kaki setiap orang.

Menariknya, dalam jajaran pria yang melingkari meja itu sang guru tidak termasuk. Di mana dia gerangan? Dialah yang membasuh kaki para murid. "Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu; sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun