Lihat ke Halaman Asli

Wahyu Purnamahadi

Statistician

Statistik Berdampak Untuk Indonesia Maju: Memaknai kata "dampak" dalam tema Hari Statistik Nasional 2025

Diperbarui: 20 September 2025   23:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Hari Statistik Nasional (HSN) 2025 mengusung tema: “Statistik Berdampak untuk Indonesia Maju.” Tema ini menyiratkan pesan kuat mengenai peran data statistik dalam perjalanan pembangunan nasional. Namun, sebelum lebih jauh membahas esensi tema tersebut, menarik untuk menelaah posisi kata “dampak” yang menjadi pusat gagasan.

Dalam kajian linguistik, kata dampak sering dipahami sebagai “pengaruh kuat yang mendatangkan akibat, baik positif maupun negatif” (KBBI). Penelitian Prihantoro (2015) mengenai semantic prosody lima kata efek dalam bahasa Indonesia—yakni hasil, efek, konsekuensi, dampak, dan akibat—menunjukkan bahwa dampak cenderung digunakan dalam konteks yang bernuansa negatif, meski sesungguhnya ia dapat mencakup pengaruh positif maupun negatif. Prihantoro menyimpulkan bahwa kata "hasil" lebih berasosiasi dengan prosodi positif, sedangkan konsekuensi hampir selalu negatif. Sementara dampak berada di antara keduanya, dengan kecenderungan negatif namun tetap memungkinkan bermakna positif tergantung konteks penggunaannya.

Di sinilah keistimewaan tema HSN 2025. Pemilihan kata dampak bukan tanpa alasan. Kata ini dipilih untuk menegaskan bahwa statistik tidak sekadar “ada” atau “tersedia,” tetapi harus mampu menghasilkan pengaruh nyata yang signifikan dalam pembangunan. Dalam konteks ini, nuansa negatif yang sering melekat pada kata dampak justru dibalik, digeser ke arah yang lebih konstruktif, yakni dampak positif bagi Indonesia Maju.

Makna positif tersebut tercermin dalam semangat "Outward looking" yang kini menjadi salah satu landasan kerja BPS. Pendekatan ini menempatkan pengguna statistik—baik pemerintah, swasta, akademisi, maupun masyarakat—sebagai pusat perhatian. Data yang dihasilkan tidak boleh berhenti sebagai angka semata, melainkan harus relevan, mudah diakses, dan menjawab kebutuhan nyata pengguna. Dengan demikian, dampak yang dimaksud adalah bagaimana statistik dapat mendorong keputusan yang tepat, kebijakan yang efektif, serta pembangunan yang inklusif.

Visi BPS dalam Rancangan Awal Rencana Strategis 2025–2029 menegaskan BPS sebagai "Lembaga yang independen, terpercaya dan berperan aktif dalam mewujudkan perumusan kebijakan berbasis data bersama Indonesia Maju menuju Indonesia Emas". Misi dan tujuan yang ditetapkan pun menitikberatkan pada peningkatan kualitas, serta pemanfaatan data statistik berkualitas dan insight yang relevan. Artinya, dampak yang diharapkan dari statistik adalah kontribusi langsung terhadap perumusan kebijakan yang lebih baik. Data yang akurat mengenai kemiskinan, ketenagakerjaan, inflasi, pertanian, hingga digitalisasi, misalnya, dapat menjadi pijakan kokoh bagi pengambil kebijakan untuk merumuskan strategi pembangunan yang tepat sasaran.

Lebih jauh, tema HSN 2025 mengingatkan kita bahwa statistik tidak boleh berhenti di meja perhitungan, laporan publikasi, atau sekadar pemenuhan target. Statistik harus bergerak, hidup, dan memberi daya ubah. Dampak berarti membuat data berbicara, menyentuh kepentingan publik, serta menghadirkan manfaat nyata dalam kehidupan masyarakat. Dengan cara ini, statistik menjadi motor penggerak perubahan menuju Indonesia yang maju, adil, dan sejahtera.

Dengan demikian, pemaknaan kata dampak dalam tema HSN 2025 adalah sebuah ajakan: menjadikan statistik bukan sekadar kumpulan angka, melainkan instrumen yang membawa pengaruh besar dan positif. Statistik yang berdampak adalah statistik yang digunakan, dimanfaatkan, dan dijadikan dasardasar perumusan kebijakan dan. Pengambilan keputusan.

Oleh karena itu, ketika HSN 2025 mengusung tema “Statistik Berdampak untuk Indonesia Maju,” sesungguhnya pesan yang ingin ditegaskan adalah bahwa statistik menjadi bagian integral dari pencapaian agenda pembangunan nasional. Statistik hadir bukan hanya sebagai alat ukur, melainkan sebagai fondasi pengambilan keputusan yang memastikan setiap kebijakan pemerintah selaras dengan tujuan besar, menuju Indonesia Emas tahun 2045. Sekaligus sebagai "kontribusi" BPS dalam menggeser kembali makna "Dampak" kembali ke "tengah".

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline