Sinopsis film Bid'ah
Dikutip sumber CNN Indonesia, Serial Bidaah mengikuti kisah Baiduri (diperankan Riena Diana), seorang gadis muda yang dipaksa ibunya untuk bergabung dengan sebuah kelompok bernama Jihad Ummah. Jihad Ummah merupakan sebuah sekte keagamaan yang diketuai oleh Walid Muhammad Mahdi Ilman (Faizal Hussein), sosok pria yang mengklaim dirinya sebagai Imam Mahdi, penyelamat umat Islam di akhir zaman.
Seiring berjalannya waktu, Baiduri mulai melihat kejanggalan dalam ajaran dan praktik yang diterapkan Walid dalam sektenya, termasuk pernikahan paksa, ketaatan tanpa pertanyaan, hingga ritual-ritual kontroversial yang jauh dari ajaran agama. Kondisi mulai berubah ketika Hambali (Fattah Amin), putra dari salah satu pengikut setia Walid, kembali dari Yaman. Ia menyadari bahwa ajaran Walid telah melenceng dari nilai-nilai Islam yang sesungguhnya.
Bersama Baiduri, Hambali berjuang untuk mengungkap kebohongan di balik ajaran sesat tersebut dan menyelamatkan keluarga serta komunitas mereka dari pengaruh berbahaya Jihad Ummah. Disutradarai oleh Pali Yahya dan ditulis oleh Eirma Fatima, serial bergenre religi ini terdiri dari 15 episode berdurasi sekitar 42 menit per episode. Bidaah dibintangi oleh deretan aktor papan atas seperti Faizal Hussein, Fattah Amin, Riena Diana, Marissa Yasmin, Vanida Imran, dan Hasnul Rahmat.
Analisis Film Bid'ah dalam Feminisme Eksistensialisme
Film Bid'ah memang salah satu film yang populer hari-hari ini, bahkan banyak cerita yang memberikan gambaran bahwa film ini adalah sindiran atas fanatisme agama. Dalam pembacaan berbagai sudut, memang drama atau film ini sangat cocok dibaca dengan berbagai teori, oleh karenannya penulis ingin mencoba masuk dalam memahami film Bid'ah dalam sudut pandang feminisme eksistensialisme dari filsuf Francis beranama Simone de Beauvoir (1908-1986).
Feminisme eksistensialisme sendiri secara sederhana menerangkan bagaimana pergerakan dan wacana dari para feminis tujuan menyamakan peran dan eksistensi dari laki-laki maupun perempuan, pandangan umum para aliran feminisme ini menjelaskan bahwa baik dari laki-laki maupun perempuan adalah subjek, dan memberontak pandangan diskriminasi atas laki-laki sebagai subjek dan perempuan sebagai objek. Feminisme eksistensialisme mencoba menerangkan bahwa manusia itu hidup dalam kesamaannya, tidaklah ada yang membedakan dalam rautan lebar antara laki-laki dan perempuan, ketika sama-sama memiliki ruang saing, maka perempuan dan laki-laki akan bisa sampai di finish yang sama. Oleh karenannya, penting dalam gerakan feminisme eksistensialisme mencoba mendobrak budaya patriarki yang menguntungkan laki-laki patriarkis dengan menganggap perempuan sebagai objek yang di eksploitasi.
Beauvoir merupakan salah satu pemikir feminisme eksistensialisme. Dalam buku Feminist Thought karya Rosamarie Putnam Tong (2010), dijelaskan bahwa Beauvoir memandang terdapat 3 peran perempuan yang menuju ke puncaknya meski mereka tertindas. Beauvoir membaca bahwa peran-peran perempuan sangat banyak, namun setidaknya tiga peran inilah yang kemudian menjadi representasi penting dari versi feminisme Eksistensial dari Beauvoir yakni perempuan pelacur, perempuan narasis dan perempuan mistis.
Singkat gambaran 3 peran perempuan tersebut, dimana perempuan pelacur sadar akan dirinya di eksploitasi namun memiliki kemauan karena kehendaknya untuk mendapatkan keuntungan meski harus jadi objek patriarki; kemudian perempuan narsis yang mengalami keputusasaan karena dirinya yang tidak menemukan kesejatian, ketidakmampuan inilah yang membuatnya harus mengeksploitasi dirinya sendiri dalam tubuh atas orang lain, dengan kata lain perempuan narsis adalah perempuan yang tak lagi mengenal harga diri dengan sebuah validasi; dan perempuan mistis adalah perempuan yang ikhlas akan dirinya di eksploitasi dengan alasan tak rasional, dalam pandangan inilah seorang perempuan tertindas tanpa alasan logis karena ketika perempuan tersebut terjebak dalam keyakinan, maka rela mereka menjadi korban dengan kesadaran untuk mendapatkan sesuatu yang tak rasional.
Dalam pembacaan tiga peran perempuan yang dijelaskan oleh Beauvoir dalam Tong ini, setidaknya dapat difahami drama film Bid'ah yang menjadi tokoh penjahat bernama Walid tentu memainkan peran bagaimana ia diposisikan sebagai seorang tokoh agamawan hebat, sehingga para perempuan atau yang menjadi murid-murid nya kagum dan kemudian rela dieksploitasi dengan alasan-alasan tak rasional, dalam Walid melakukan tindakan menikah tanpa melalui jalur yang sah atau menyebutkan sebagai nikah batin.