Lihat ke Halaman Asli

Wahyu Sapta

TERVERIFIKASI

Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Pembelajaran dari Kedai Laluna dan QRIS BRI, Menambah Pengalaman Hidup Saya

Diperbarui: 7 Maret 2025   08:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di depan Kedai Laluna, kedai alam dari bambu, bersama salah satu pelanggan, Vocalis Grup GME. (Foto: dokumen Wahyu Sapta).

Kehidupan itu kadang tidak tertebak. Alur jalannya, bisa jadi berbeda dari kebiasaan yang dilakukan. Semua demi mencapai cita-cita. Sedangkan kita manusia memiliki banyak keinginan. Saat meminta keinginan terpenuhi, belum bisa terwujud. Saat tidak diminta, justru ada kesempatan untuk meraihnya. Itulah hidup menurut saya.

Katanya, turun naik kehidupan, seperti roda yang berputar. Bisa menjadi pembelajaran dan pengalaman hidup tak ternilai, yang tak ada sekolah. Iya, kan? Belajar tidak harus dari buku atau sekolah, melainkan dari kehidupan yang dijalani, juga merupakan guru alam. Jika kita sukses dan mampu menyerapnya, maka bisa menjadi manusia yang lebih pintar, tegar, dan kuat.

Dari hobi saya memasak, tiba-tiba mendapatkan jalan: memiliki kedai. Memang keinginan itu sudah lama ada, tetapi belum terlaksana. Ketika semangat menggebu-gebu, eh, sarananya belum ada. Ketika sarana ada, semangat menurun karena ada keraguan, bisa nggak ya. Rasa itu bergantian, bahkan kadang-kadang melupakan keinginan itu.

Ketika tiba-tiba harus mengurus kedai dan harus melayani pembeli, benar-benar memiliki pengalaman nol. Awalnya memang tidak sempurna. Lama-lama menjadi sedikit ahli. Terpaksa berpikir bagaimana bisa menghidupkan kedai agar bisa berkembang dan mampu berinovasi. Memacu adrenalin saya memenuhi tantangan.

Dari pengalaman yang terjadi, menjadi tahu, oh, harus begini, harus begitu. Lebih mengenal karakter pembeli yang berlainan juga menguji kesabaran. Belum lagi bagaimana cara memasak yang praktis, efektif, dan cepat, karena tiap hari harus menyediakan menu makanan untuk disajikan ke pembeli.

Dari yang biasanya memasak sedikit karena hanya untuk keluarga satu rumah paling banter empat orang, eh, harus memasak untuk banyak orang. Melebihi dari yang dibayangkan. Hal itu membuat saya berpikir lebih banyak. Hahaha, benar-benar menguras energi.

Apalagi ketika tiba-tiba mendapat pesanan banyak untuk sebuah acara, saya terbengong sebentar untuk menata pikiran bagaimana yang harus dilakukan. Menurut saya itu amazing, di luar yang saya perkirakan sebelumnya. Biasa memasak sedikit, menjadi memasak banyak. Sangat berbeda. 

Mendapat pesanan banyak pertama kali, it's amazing. Harus belajar, berpikir bagaimana agar lancar dan sukses sesuai pesanan. (Foto: dok. Wahyu Sapta)

Harus bisa menghitung perkiraan bahan dan bumbu yang dipakai, bagaimana cara menyajikannya, bagaimana mengatur waktu agar bisa selesai tepat sesuai jam pemesanan. Saya banyak belajar dari pengalaman ini. Memang benar jika ada yang bilang, pengalaman merupakan hal yang berharga, karena tidak setiap orang bisa mengalaminya. 

Ketika saya memiliki pegawai yang membantu pekerjaan, dia lebih banyak pengalaman daripada saya. Pernah bekerja di warung dan bisa memasak. So, saya bisa menimba ilmu dari dia. Hahaha, terkadang saya merasa bodoh di hadapannya karena kalah pengalaman. Seperti murid dan guru. Tapi, bukankah belajar itu tidak boleh gengsi dan malu? Karena itu bisa menjadi salah satu jalan ninja menuju sukses. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline