Lihat ke Halaman Asli

Wahyu Sapta

TERVERIFIKASI

Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Cerpen | Sketsa Rasa dalam Setangkai Mawar

Diperbarui: 27 Februari 2020   05:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: dok. Wahyu Sapta

Memandang sawah hijau menghampar, hanya angin sepoi yang datang. Sejenak mengasyikkan. Aku ada pada sebuah lamunan. Hanya sendiri. Menikmati kesendirian, melepas penat setelah sibuk tadi siang. Sore ini ada jeda waktu, hingga menunggu magrib tiba. Malam nanti, tugas masih menunggu. 

Aku duduk di bawah pohon randu yang rindang pinggir sawah. Daunnya lebat. Sedikit menutup panas sinar sore yang masih terik. Jadi adem. Kantuk mulai menyerang. Hoahem, aku menguap. 

Lalu datang sebuah bayangan. Dengan t-shirt biru tosca, celana jean biru, sepatu kets putih dan bertopi merah. Terlihat tomboy, tapi sisi feminim tetap ada. 

Wajah tirus itu, membuatku terpana pada pandangan pertama. Hanya dalam waktu hitungan detik, telah sampai di depanku. Rasa kaget ini, menghapus kantukku. 

"Hei, apakah kita pernah bertemu sebelum ini?" tanyanya. Aku menggeleng. 

"Belum pernah," jawabku. 

"Oh, tapi kenapa kamu seperti tak asing bagiku?" 

"Entahlah," 

"Apakah ini yang disebut reinkarnasi?"   

"Mungkin," jawabku pendek. 

"Aku tahu, kamu Reno, kan?" 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline