Lihat ke Halaman Asli

Veronika Gultom

TERVERIFIKASI

https://vrgultom.wordpress.com

Industri Halal, Bisnis atau Aturan Agama?

Diperbarui: 14 November 2019   14:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber foto: sgs.com

Di Singapura, etnik Malay identik dengan halal food. Halal food maksudnya kelompok makanan yang bersertifikat halal.

Dan nampaknya halal disana bukan cuma tidak mengandung segala unsur babi, alkohol, dan kawan-kawannya. Tetapi piring-piring dan perangkat makan lainnya pun terpisah. Namun demikian stall-stall halal food disana tetap berdampingan dengan stall-stall yang bukan halal food

Ada juga sih food court khusus halal food dimana semua makanan yang dijual disana memang golongan halal food. Halal food disana sudah pasti bersertifikat halal yang dikeluarkan lembaga berwenang

Penjual makanan non halal pun hampir tidak ada yang mau repot menerangkan bahan-bahan pembuat makanan, sekalipun yang mereka jual adalah makanan khusus vegetarian. 

Di sana, jika tidak ada sertifikat halal, berarti bukan halal food sekalipun seluruh makanannya tidak mengandung bahan-bahan yang dianggap haram. Dan jika ada orang berjilbab hendak membeli makanan di stall yang tidak bersertifikat halal, mereka akan langsung menolak dan mengatakan ini bukan halal food, sekalipun itu cuma kedai kopi.

Tetapi, selama tinggal disana, dan sampai hari ini saya tidak pernah mendengar tentang istilah industri halal di Singapura. Yang ada, sepatu dari kulit babi yang dijual di shopping mall, ditulisi secara khusus "terbuat dari kulit babi", sehingga setiap orang yang melihat dapat membacanya dengan jelas. 

Wisata halal, apalagi. Setahu saya tidak ada. Yang saya tahu, istilah halal di Singapura itu identik dengan etnik Malay. Makanya sekalipun saya bukan seorang Muslim, tetapi karena saya tergolong etnik Malay, maka orang-orang disana umumnya akan mengira bahwa saya hanya makan halal food. 

Mungkin juga karena etnik Malay itu identik dengan Muslim. Ketika saya harus dirawat di rumah sakit, mereka tidak pernah menanyakan agama saya, mereka langsung menggolongkan makanan saya "halal food" padahal ternyata ada tiga pilihan, yaitu Western food, Asian Food, dan halal food

Saya baru tahu setelah diberitahu oleh perawat orang Filipina, yang melihat cara saya berdoa, bahwa saya boleh memilih jenis makanan. Menurut dia, saya tidak ditanya, karena mereka mengira saya harus makan halal food karena saya orang Indonesia golongan Malay. 

Yeah orang Filipina juga termasuk golongan Malay, tetapi setiap orang disana akan menyimpulkan mereka bukan golongan 'halal food'.

Dulu saya kurang mengerti maksudnya industri halal itu apa, saya pikir industri halal itu berarti produk-produk yang benar-benar dijaga kehalalannya, yang tidak mengandung hal-hal yang haram. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline