Lihat ke Halaman Asli

Mengulas Krisis Multidimensi di Indonesia

Diperbarui: 10 Desember 2018   11:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Indonesia merupakan negara yang kaya dan sangat makmur. Indonesia kaya budayanya, kaya senyum, makmur sumber daya alam, sumber daya manusia nya berlimpah ruah. Tetapi di dalam negara yang kaya ini, terdapat berbagai macam krisis yang gelap dan rumit. Krisis-krisis itu bagaikan benang 'mbundet' yang dicampur lem.

Pancasila adalah fondasi dari negara Indonesia yang benar-benar paling dasar, bahkan lebih dasar dari UUD 1945. Pancasila terdiri dari 5 sila dan berisi nilai-nilai yang secara alamiah baik. Sila pertama sampai terakhir secara berturut-turut dan singkat membahas tentang Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan musyawarah, serta Keadilan.

Krisis multidimensi di Indonesia macam-macam yaitu: kemiskinan, pengangguran, radikalisme, tidak meratanya pembangunan, ke'semrawut'an tata kota, kriminalitas, korupsi, perusakan lingkungan, Narkoba, tidak meratanya pendidikan, dan lain-lain. Dari krisis ini, seakan-akan pancasila sirna sudah.

Menurut saya, akar persoalan dari krisis multidimensi tersebut adalah budaya dan kurang meratanya pendidikan. Kok bisa? Budaya orang Melayu dikenal sebagai budaya yang 'nrimo' nan. Selain itu, pendidikan di Indonesia masih sangat kurang merata dan kurang kualitasnya. Contohnya, jika kita semakin ke barat, persentase anak-anak yang bersekolah semakin sedikit. 

Contoh lagi, jika dibandingkan negara-negara lain, sistem pendidikan dan kurikulum kita masih tertinggal. Ada berbagai macam kemungkinan untuk solusi bagi Indonesia. Solusi pertama yaitu pemerintah memeratakan pendidikan yang kurang matang ke seluruh Indonesia. 

Solusi kedua membutuhkan waktu yang lebih lama yaitu pemerintah menyempurnakan sistem pendidikan dahulu lalu memeratakannya. Solusi ketiga yaitu pemerintah menyempurnakan sistem pendidikan sambil memeratakannya. 

Solusi keempat yaitu baik LSM atau pribadi mengembangkan suatu sistem pendidikan yang matang dan menggandeng yayasan-yayasan untuk memeratakan pendidikan ke seluruh Indonesia. Setiap solusi menimbulkan rantai reaksi yang sulit kita pahami secara keseluruhan, itulah sebabnya disebut "benang 'mbundet' campur lem.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline