Lihat ke Halaman Asli

Efemes

Karyawan

Kisah Indah Dari Bumi Papua di Muktamar Muhammadiyah

Diperbarui: 7 Agustus 2015   10:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Kisah nyata tanpa retorika tentang toleransi antar umat beragama di Bumi Papua. Muktamar Muhammadiyah ke-47 yang berbarengan dengan Muktamar 'Aisyiyah 1 Abad di Makasar menyelipkan kisan indah dan nyata tetang kehidupan toleransi yang sebenarnya. Dari sekian ribu peserta muktamar tersebut yang dari berbagai daerah di Indonesia juga beberapa negara, ada dua orang Papua yang datang dengan cerita yang penuh inspiratif didaerah asalnya.

 

Mereka ada adalah dua orang guru asli Papua yang mengajar disalah satu sekolah milik Muhammadiyah di Papua. Namun, mereka memiliki keistimewaan. Mereka berdua bukanlah Muslim, mereka Umat Kristiani. Sebelumnya saya memang sudah pernah mendengar tentang kisah toleransi didalam Muhammadiyah khususnya dalam lembaga pendidikannya. Yakni ada beberapa lembaga pendidikan milik Muhammadiyah diwilayah Indonesia Timur yang menjadi favorit didaerah yang mayoritas non-Muslim dan banyak siswa-siswi non-Muslim yang bersekolah disekolah tersebut.

 

Dan saya sangat bangga dengan hal itu, karena memcerminkan toleransi nyata juga sebagai bukti bawa Muhammadiyah-pun dapat mencerahkan selurut masyarakat, lintas agama. Tetapi ternyata tidak hanya sampai disitu, selain membuka pintu untuk warga non-Muslim Muhammadiyah pun tetap memberikan hak yang sama kepada seluruh siswa-siswinya. Jika yang Muslim memiliki guru agama untuk pelajaran agama Islam, maka lembaga pendidikan Muhammadiyah diwilayah Timur pun banyak yang merekrut guru agama untuk pelajaran agama Kristen untuk para siswa Kristen disana.

 

Seperti yang dikisahkan oleh dua orang guru beragama Kristen yang ikut diutus mengikuti Mukatamar Muhammadiyah dan 'Aisyiyah di Makassar. Frans Takanyuai STh dan Kris Kobogo, dua orang Kristen yang diutus oleh Ketua Muhammadiyah Kep. Yapen, Papua untuk menghadiri Mukatamar di Makassar. Frans sudah dua kali mengikuti mukatamar Muhammadiyah sedangkan Kris baru pertama kali.

 

Mereka adalah guru dilembaga pendidikan milik Muhammadiyah di Kep. Yapen. Kris mengajar di SMP Muhammadiyah Yapen, ia pengajar mata pelajaran Agama Kristen. Ia mengatakan, meskipun ia mengajar disekolah milik Muhammadiyah tetapi sebagian besar muridnya adalah Kristiani. Begitu juga dengan Kris yang seorang guru Penjaskes di SMK Muhammadiyah Yapen. Ia pun mengatakan hal serupa, bahkan ia mengatakan 90% murid di SMK Muhammadiyah Yapen adalah Kristiani.

 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline