Lihat ke Halaman Asli

Bekasi-Jakarta Hampir Empat Jam

Diperbarui: 31 Agustus 2017   10:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

tangkapan layar aplikasi

Mungkin bener yg dibilang orang-orang, kalo Bekasi-Jakarta itu beda planet. Padahal kami dah biasa bolak-balik tiap hari, jarak tempuh 35 km dalam waktu 1,5 jam buat ke kantor. Tapi kemarin memang sungguh luar biasa.

Untungnya, driver kami sangat ramah. Mulutnya terus bercerita sepanjang perjalanan. Cerita yg membuat anak2 lelap tertidur dan kami terus memandangi layar hape. Bukan untuk mengacuhkan dia, tapi melototin waze demi mencari jalur tercepat.

Si driver masih muda, seumuran dengan kami. Ya, kami memang masih muda. Iya, masih muda. Ada yg gak setuju?

Bung R**y ini pindah ke Perumnas III Bekasi tahun 1986, ikut orangtuanya. Dia alumni SMPN 8 Bekasi, satu almamater dong, hasyeek. Kemudian lulus STM tahun 1998 dan melanjutkan kuliah di UPN Pondok Labu Jakarta Selatan.

Selepas kuliah, langsung melepas masa lajangnya tanpa proses pacaran, tapi dijodohkan. Iya, dijodohkan oleh orangtuanya secara adat minangkabau. Sebagai sarjana, dia dibeli oleh calon mertuanya seharga 50 juta rupiah. Uang segitu lumayan bikin keluarga kami saling manyun waktu menikahkan kami, hehe..

Pengalaman kerja pertama kali di PT Mayora, lumayan lama, hingga mencapai posisi supervisor. Bosan menjadi buruh dengan gaji rupiah, dia mulai mencari dolar. Pergilah ke perusahaan tambang batubara di Bontang, Kalimantan Timur. Sebulan merantau, sebulan di rumah, begitu seterusnya hingga ada peluang ke Papua. Di Papua, bekerja di perusahaan minyak dgn gaji yg lebih besar. Sebulan merantau, dua minggu di rumah.

Tahun 2013, sang ayah sakit, terserang stroke. Nasihat yg diterimanya, "Kau bisa mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya, tapi kebahagiaan bersama keluarga, tidak akan bisa terbeli dgn uang berapapun.."

Maka pulanglah bung R**y ini ke Bekasi, membeli rumah dekat dgn orangtuanya, berkumpul dgn anak2 dn isterinya.

End of story? Sedikit...

Berbekal Terios yg dimiliki, dia ikut Grab. Bekerja dgn waktu yg bisa diatur sendiri, libur sesuka hati, dan bertemu dgn macam2 orang. Dua bulan terakhir, gabung bersama Uber dgn Nissan grad livina putih yg masih gress. Happy ending? Belum tentu.

Tiap orang punya pertempurannya masing-masing. Kita gak tau apa yg sudah mereka alami sebelum mencapai apa yg kita anggap 'sukses'. Di setiap awal suatu lompatan, pasti ada jurang yg teramat dalam, duri yg lebat dan tajam, atau hamparan bara kerikil yg tidak terlihat ujungnya. Kita hanya perlu melihat lebih luas, niscaya kan terlihat secercah cahaya..

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline