Lihat ke Halaman Asli

Tami K

Finding joy in writing...

Kota Penuh Kenangan Itu Bernama Adelaide

Diperbarui: 24 September 2019   21:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kendaraan yang membawaku menuju asrama mahasiswa pascasarjana meluncur di keramaian pusat kota Adelaide. Perasaan akrab tiba-tiba muncul. Tempat ini seperti tidak asing bagiku. Aku ingat saat itu sampai-sampai rasanya hatiku seolah berkata, "Aku pulang."

Saat itu di Adelaide sedang musim dingin. Menjejakkan kaki keluar Bandara Internasional Adelaide di pagi hari awal bulan Juli, untuk pertama kalinya aku bisa melihat hembusan nafas keluar dari mulut dan hidungku. Jaket tebal isi bulu angsa dan syal wol yang menyelimuti leher tidak sanggup menahan hawa dingin yang menyergap.

Kulihat hamparan hijau rumput sejauh mata memandang. Girang. Akhirnya aku sampai di tempat ini. Tempat yang, berdasarkan berbagai informasi yang berhasil kukumpulkan, suasanya seperti di pedesaan. Tenang, indah, udaranya bersih, namun lengkap dengan berbagai fasilitas selayaknya negara maju.

"Here we are. 51 Finniss Street," jelas Kim, pengemudi mobil yang menjemputku di bandara, sesaat setelah memberhentikan mobilnya. Kami tiba di depan sebuah bangunan klasik berdinding batu bata dan berpagar kayu, di jalan lingkungan tempat tinggal yang tidak terlalu ramai. Aku takjub.

Asrama ini aslinya lebih cantik dibandingkan fotonya. Tempat ini akan menjadi rumahku sampai 6 bulan berikutnya, memulai hari-hari penuh kebahagiaan di kota yang membuatku selalu rindu untuk kembali.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline