Malam sudah melewati puncaknya saat dua sosok berjalan di lorong-lorong sempit, di antara rumah-rumah yang menunjukkan pemiliknya bukan orang kaya.
"Alhamdulillah... ya Amirul Mu'minin, sepertinya keadaan aman dan masyarakat hidup tenang. Sudah lebih dari setengah kampung ini kita telusuri, apakah sebaiknya kita kembali?" tanya salah seorang dari dua sosok tersebut. Yang bertanya berjalan selangkah di belakang sosok yang ditanya.
Yang ditanya, yang berjalan di depan, tidak segera menjawab. Meneruskan langkahnya dengan tetap pelan, seperti tidak ingin mengeluarkan suara yang akan menggangu orang-orang yang sedang tidur.
Yang bertanya mau tidak mau mengikuti langkah sosok yang dipanggilnya Amirul Mu'minin.
Setelah beberapa jenak, yang disebut Amirul Mu'minin menjawab, "Baiklah, Jarud. Kita pulang. Aku sekarang merasa tenang setelah melihat sendiri rakyatku hidup tenang."
Namun, saat kedua sosok itu berjalan keluar kampung. Mereka mendapati satu rumah yang masih terlihat nyala api di dalamnya.
"Jarud, menurutmu mengapa pemilik rumah itu masih masak di tengah malam begini."
"Entahlah, Amirul Mu'minin. Sebaiknya kita dekati saja rumah itu, dan lihat apa yang dilakukan pemilik rumah."
Keduanya pun mendekati rumah itu dengan mengendap-endap.
"Jarud, coba kau intip ke dalam rumah!"