Lihat ke Halaman Asli

Urip Widodo

Write and read every day

Antologi Jadi Pemicu Semangat Menulis Buku

Diperbarui: 9 Juli 2022   10:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

cover buku Omnibus Story/dokpri

Ini pengalaman ketiga menerbitkan buku dengan cara yang berbeda juga.

Memiliki buku dengan nama sendiri tertera di sampul buku, sebagai penulisnya, saya kira adalah impian para penulis pemula. Tetapi tentunya tidak mudah merealisasikan mimpi tersebut. Walaupun sekarang banyak penerbit menawarkan jasa penerbitan, atau mau menerbitkan sendiri pun sekarang mudah, tetap saja proses untuk menerbitkan sebuah buku tidak semudah membalikkan tangan.

Yang pertama dan yang utama untuk lahirnya sebuah buku adalah keberadaan naskah. Tanpa naskah tidak ada yang bisa dicetak dan diterbitkan. Dan, kesulitan menghasilkan naskah inilah yang menjadi kendala para penulis pemula.

Walaupun ukuran ketebalan sebuah buku tidak mutlak harus berpa halaman, tetapi untuk pantas disebut buku diperlukan naskah yang berisi ribuan kata, atau ratusan halaman. Apalagi untuk buku fiksi seperti novel, yang umumnya di kisaran 300 -- 500 halaman. Penulis sendiri punya buku karya Langit Kresna Hariadi yang berjudul Amurwa Bhumi, 2 jilid masing-masing tebalnya 2.000 halaman, jadi totalnya 4.000 halaman.

Kalau saja 1 halaman itu ada 400 kata, maka total untuk novel ini Mas Langit Kresna Hariadi telah menulis 1.600.000 kata, satu juta enam ratus ribu kata, wow. Untuk beliau yang berpengalaman mungkin menulis sebanyak itu biasa saja. Namun bagi penulis pemual, termasuk saya, itu sesuatu yang sangat luar biasa.

Biasanya, dan ini saya alami sendiri, untuk permulaan para penulis pemula itu menulis artikel-artikel pendek dengan tema-tema ringan, atau menulis cerita pendek (cerpen), yang jumlah katanya kisaran 500 -- 1000 kata, atau sekitar 3 -- 5 halaman ukuran kertas A4.

Tetapi kita mengenal peribahasa, 'Takada rotan, akar pun jadi'. Tidak bisa menggapai sesuatu yang sempurna, yang ideal, yang biasa-biasa pun boleh, lah. Belum bisa menulis naskah dengan tebal yang disyaratkan untuk menjadi sebuah buku, solusinya adalah nulis bareng dengan beberapa penulis lain kemudian diterbitkan. Buku yang berisi tulisan karya lebih dari seorang penulis disebut antologi. Sebagaimana arti Antologi menurut KBBI, yaitu 'kumpulan karya tulis pilihan dari seorang atau beberapa orang pengarang'.

Saya pun melakukan hal tersebut-menerbitkan buku antologi-bersama teman-teman sesama penulis pemula. Berawal dari tugas menulis artikel di kelas menulis yang saya ikuti, lalu salah seorang teman mencetuskan ide untuk mengumpulkan artikel-artikel tersebut dan menerbitkannya. Tentu saja ide tersebut disambut antusias teman-teman yang lain.

Karena saat memberikan tugas menulis artikel itu, mentor menulis, Pak Cahyadi Takariawan, tidak menetapkan satu tema/topic, maka artikel-artikel yang kamu tulis pun jadi beragam temanya. Dan tentunya sulit menentukan judul yang akan digunakan nanti dalam buku antologi kami.

Kebetulan saat itu sedang hangat-hangatnya, bahkan cukup memanas, pembicaraan tentang rencana ditetapkan Undang-Undang Ombibus Law, maka kami sepakat mengambil istilah Omnibus ini untuk judul buku Antologi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline