Lihat ke Halaman Asli

Upik Hastuti

Guru_ Grant Sponchorship from TEFLIn, British Council & As Panelist on Asia Teachers Webinar_ SMA N 2 Purbalingga

Guru, Murid, dan Cinta

Diperbarui: 20 September 2022   10:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Ketika ruang rindu menyeruak, menyayat hati sang guru pada saat pandemik. Maka pasca pandemik menjadi momen yang sangat ditunggu oleh guru yang merindukan riuhnya pembelajaran, serunya bermain bersama akan hal baru, menyatu dalam kegiatan pembelajaran yang membekas di hati muridnya. Selain itu, batas obrolan yang kadang berujung canda tawa dan juga refleksi bersama untuk lebih bertumbuh dan berkembang. Memang benar, cinta guru terhadap murid adalah modal awal yang diberikan Tuhan. Cinta itu akan terus tumbuh dan mekar selama ruh sejati masih semedi di dalam jasad guru.

Menjadi guru yang dicintai murid memang tidak gampang, namun bukan kemustahilan. Bisa saja, sebagai guru hanya sebatas pemikiran akan tanggung jawab dan kewajiban. Bisa saja karena memang merasa itu adalah pekerjaannya. Namun untuk menjadi guru yang dicintai muridnya tidak demikian. Perlu menyiapkan ruang batin yang lebih lapang untuk murid-muridnya. Maka penghambaan terhadap murid akan senantiasa mengiringi langkah sang guru. Dari mulai membayangkan kelas yang menyenangkan, beragam karakter unik yang ditemuinya, permasalahan remaja yang muncul dan sangat fluktuatif sampai dengan pemikiran, jalan apa yang bisa sang guru tunjukan untuk muridnya. Agar murid meraih cahaya Tuhan yang berupa ilmu dan aplikasinya dalam berkehidupan sosial dan budaya.

Dengan adanya program guru penggerak yang dicanangkan oleh kemendikbudristek maka menjadi guru yang dicintai muridnya dapat terwujud. Karena nilai-nilai dan peran guru penggerak merupakan jembatan menuju keberhasilan merdeka jiwa raga. Oleh karena itu, energi positif dari sang guru penggerak senantiasa akan membias dan terpancar vibrasinya pada yang ditemuinya. Tentunya hal tersebut harus dibalut dengan kecintaan sang Guru pada Tuhannya. Guru senantiasa mematri di dalam hatinya, apa yang dilakukan semata mata melakukan perannya untuk menjadi hamba Tuhan yang lebih baik, dan lebih baik lagi.

Kemindikbudristek (2021) mengutarakan makna dari peran guru penggerak adalah pemimpin pembelajaran yang mendorong tumbuh kembang murid secara holistik, aktif, dan proaktif dalam mengembangkan pendidik lainnya untuk mengimplementasikan pembelajaran yang berpusat kepada murid, serta menjadi teladan dan agen transformasi ekosistem pendidikan untuk mewujudkan profil Pelajar Pancasila.

Dari penjabaran makna dan guru penggerak inilah, sang guru dapat memosisikan perannya sebagai individu yang mandiri, reflektif, inovatif, kolaboratif dan senantiasa berpihak pada murid. Keberpihakan pada murid menjadi tolok ukur seberapa cinta sang Guru akan diuji dan di tempa di dalam kelas pun di luar kelas. Dengan kemampuan nalar kritis yang sangat dinamis, sang guru senantiasa berefleksi dan menggali potensi diri dengan mandiri untuk dapat menjadi teman belajar muridnya. Guru yang berkolaborasi senantiasa memberi makna baik bagi atmosfer pendidikan di lingkungannya. Sehingga ego yang menebal, akan terkikis secara pelan namun pasti. Guru yang memiliki menu komplit, untuk disajikan pada murid-muridnya.

Cecep Darmawan, (indonesiana.id, November 2021) menjelaskan program ini bertujuan untuk membentuk guru yang mampu mengembangkan potensi peserta didik, memengaruhi sesama pendidik, dan seluruh ekosistem pendidikan di sekolahnya. Dengan kata lain, guru penggerak menjadi salah satu motor utama untuk transformasi pendidikan yang lebih baik. Pendidikan yang lebih berbudaya nasional menuju keunggulan dan peningkatan kualitas pendidikan itu sendiri. Guru penggerak yang sigap dalam segala suasana dan yang menginspirasi. Guru yang menularkan semangat belajar sepanjang hayat.

Peran Guru penggerak sebagaimana dilansir dari laman Kemendikbudristek (2021) yaitu, menggerakkan komunitas belajar untuk rekan guru di sekolah dan di wilayahnya, coaching bagi rekan guru lain, mendorong peningkatan kepemimpinan murid (Student Agency), membuka ruang kolaborasi antara guru dan pemangku kepentingan di dalam dan luar sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, dan menjadi pemimpin pembelajaran yang mendorong well-being ekosistem pendidikan di sekolah. Menjadi guru yang tergerak, bergerak dan menggerakkan adalah upaya dalam menghamba pada Tuhannya sebagai wujud ke syukuran atas semua rahmat-Nya.

Seorang guru memang akan memiliki kesan tersendiri ketika memberikan positive vibes bagi muridnya ketika proses pembelajaran di dalam kelas. Namun ketika di luar kelas sang Guru senantiasa dapat menjadi teman yang bisa dipercaya muridnya akan memberi dampak yang komprehensif terhadap tumbuh kembangnya kematangan diri sang guru dan juga murid-muridnya. Menjadi matang memang pilihan, namun untuk mempertahankan kematangan agar tidak menggurui adalah hal yang tidak gampang. Perlu jiwa yang mendalam untuk senantiasa bekerja maksimal dari peran otak lambatnya. Sinkronisasi otak lambat sang guru akan terhubung langsung dengan nurani sang guru. Sehingga apa yang akan dilakukan sang guru secara emosional dan juga nalarnya berdampak positif bagi muridnya. Contohnya, ketika murid merasakan apa yang disampaikan oleh sang guru akan menggores hatinya. Dengan kata lain, ucapan sang guru dapat berdampak baik yaitu menguatkan hati muridnya.

Dalam hal ini, bisa saja ucapan sang guru yang mengandung rasa mendalam dan filosofi terkait langsung dari pengalaman muridnya, akan menjadikan ikatan kepercayaan yang semakin menebal. Dampaknya adalah murid tersebut di dalam kelas akan semakin supportive dan tanggap terhadap semua proses pembelajaran. Muara alasan dari ke semuanya adalah karena murid itu ingin membuktikan cinta mereka dalam wujud kemauan belajar yang tinggi, senantiasa memperbaiki diri, dan berusaha membahagiakan gurunya. Sang murid akan merasakan cinta sang guru sebagai orang tua keduanya. Murid akan merasa nyaman dan bersemangat dalam belajar.

Oleh karenanya, sang guru akan sangat senang jika dalam peran mewujudkan nilai tanggung jawabnya untuk perkembangan keprofesionalan berkelanjutan bagi dirinya. Guru sebaiknya tetap di koridor perannya dan meningkatkan kualitasnya seperti melakukan refleksi terhadap pembelajaran bermaknanya. Selain itu, guru mestinya sering melibatkan diri dalam pembelajaran kolaboratif dengan guru yang lain, rekan sejawat bahkan dengan mentornya. Yaitu orang yang memang mumpuni dalam bidangnya dan dapat dijadikan rujukan dalam pengembangan diri sang guru. Menjadi guru sangat dapat menularkan semangat belajar untuk muridnya sehingga semuanya akan merasakan enjoy the learning. 

Di era disrupsi 4.0 akan menjadi tantangan tersendiri bagi guru. Sebagai guru, seharusnya tanggap terhadap perubahan digital yang amat cepat khususnya untuk dunia pendidikan. Guru harus mengambil peran sebagai teladan bagi muridnya. Karena guru adalah bagian dari agen untuk berpikir kritis, solutif, inovatif, dan kreatif bagi dunia pendidikan. Memiliki kecakapan digital menjadi keniscayaan demi berkembangnya pemahaman literasi digital bagi guru, keluarga, dan murid-muridnya. Sehingga smart school online akan termonitor dengan baik. Tidak adanya kasus cyberbullying dan kasus yang membuat kesehatan mental muridnya bermasalah dalam ber-digital life. Dengan demikian maka murid akan senantiasa tumbuh kesadaran dalam mengembangkan dirinya. Seperti ketrampilan 4C, creative, critical thinking, colaborative and communicative skill. Dengan demikian kemampuan berkomunikasi dapat diberdayakan untuk berkomunikasi secara pro aktif di lintas budaya, lintas media dengan muatan kebaruan yang keren.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline