"Ndak usah repot. Beli aja, kita sibuk. Tak bakal sempat membuatnya." Lathifah tersedak ketika mendengar usulan konyol rekannya terkait tesis. Alisnya tertaut. Matanya menatap tajam dengan raut tak suka.
"Kenapa? Tak ada cuan?" ejek temannya saat menangkap ekspresi keberatan Lathifah.
Lathifah menghela napas panjang, menekan amarah yang mulai menggoda.
"Kau kira aku idiot? Kau kira isi kepalaku kosong?" sergahnya sembari menunjuk kepalanya sendiri.
"Bukan begitu maksudku. Takutnya tak sempat, molor tamat. Ayolah, jangan terlalu idealis." Penjelasan tak masuk akal mencuat.
"No, aku penulis! Kau menyebar ajaran sesat!" Sungut Lathifah sembari melipat tangan di dada.
"Helah, tak usah menyiksa diri. Nanti kecapean, tepar." Cemooh rekannya.
Lathifah meringis, mereguk minumannya hingga tandas.
"Thanks saran sesatnya. Aku tak tertarik. Apa kata siswaku nanti? Eh, Bu Guru beli tesis?" Ia meletakkan cangkirnya. Menatap rekannya satu persatu.
"Kalau suatu hari nanti aku jadi Menteri Pendidikan, bisa-bisa aku diolok-olok rakyat! Yee, M.Pd. beli tesis!" Ujarnya dengan wajah jenaka.