Lihat ke Halaman Asli

Umi Sakdiyah Sodwijo

Pengelana kata yang riang gembira

Pesan Berdarah Sheila

Diperbarui: 10 Mei 2021   02:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pesan Berdarah Sheila

Aku terbelalak menatap barisan huruf cakar ayam berwarna merah tua seperti darah mengering di kaca rias kamar Sheila. Tunggu sebentar! Sepertinya ini memang ditulis dengan darah sungguhan.

T    U    L    A    T    P    K    N    O    F    A    M    A            
L    R    K    E    T    L    U    I    O    E    U    R    U            
N    D    V    A    A    S    Y    A    G    Y    I    H    B        
A    R    L    K    W    M    S    I    K    E    L    O    A            

Apakah ini pesan ancaman dari para penculik Sheila? Ah, semua begitu membingungkan hingga batok kepalaku berdenyut. Kupandangi sosok yang terpantul di cermin. Wajah kuyu, rambut kusut masai, dan mata sembab kurang tidur. 

"Kemarin Sheila ngirim pesan lewat whatsapp, nyuruh aku segera datang ke sini. Tapi waktu aku datang, dia nggak ada di rumah. Aku hanya menemukan papanya yang tergeletak di lantai ruang tamu. Aku pikir dia sudah meninggal dan segera melarikannya ke rumah sakit. Sekarang dia koma. Menurut dokter, dia kena serangan jantung." David menceritakan kronologi kejadian hilangnya Sheila hingga ia meminta bantuanku untuk menyelidiki kasus ini.

Aku pun segera mencari petunjuk dengan memeriksa seluruh sudut rumah. Sialnya kamera CCTV telah dimatikan oleh tamu tak diundang itu. Kami sepakat untuk tidak segera melapor ke pihak berwajib demi keamanan Sheila.

Pasti penculik biadab itu akan segera menghubungi David, kekasih Sheila untuk meminta tebusan. Sepertinya kami tak memiliki petunjuk apapun kecuali huruf-huruf aneh yang mengotori cermin di meja rias kamar Sheila. Sebentar! Bagaimana kalau itu semacam sandi yang sengaja ditulis Sheila sebelum diculik?

"David, apakah Sheila anggota Pramuka, pecinta alam atau semacamnya?" Benar-benar pertanyaan yang bodoh!

"Bukan. Tapi dia suka sekali novel-novel detektif dan teori konspirasi. Lihat saja, seluruh dinding kamarnya dipenuhi buku."

Berarti kemungkinan besar ini tulisan Sheila. Aku pun memungut sebuah tabung kecil berwarna merah tua di meja rias yang ternyata sebuah lipstick. Warnanya cocok dengan yang ada di cermin.

Aku pun membuka gawai dan mencari informasi tentang sandi-sandi Pramuka. Tapi ini bukan sandi kotak, angka, semaphore, apa lagi morse. Sial! Kenapa aku mengikuti kemauan David untuk tidak melapor ke polisi tadi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline