Lihat ke Halaman Asli

Umi Farisiyah

A mother of three and long life learner

Umi Farisiyah Filsafat Penilaian Pembelajaran Bahasa Inggris

Diperbarui: 21 Januari 2021   04:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

A. Latar Belakang

Kebanyakan pakar dalam mengupas hubungan ilmu bahasa dan filsafat selalu menempatkan filsafat kedalam posisi yang prestisius. Hal ini tidak mengherankan karena filsafat adalah ilmu dari semua ilmu. Bahkan, untuk yang pertama kalinya, kajian bahasa dilakukan oleh filosof dan bukan oleh ahli bahasa.

Tidak ada kegiatan manusia yang tidak melibatkan bahasa. Bahasa dipergunakan manusia dalam setiap kegiatan dan di setiap waktu mereka. Bahasa dipergunakan oleh semua makhluk hidup yang disebut manusia, mulai yang dianggap paling primitive, seperti suku asmat di Papua, hingga yang dianggap paling maju, seperti masyarakat Eropa-Amerika.

Bahasa bukanlah suatu hal yang mati, bahasa hidup dan berkembang seiring kehidupan umat manusia. Sebagai makhluk yang dibekali akal, manusia tidak cukup hanya dengan 'berbunyi' akan tetapi berkembang melalui berbahasa. Dan dengan akal ini pula, manusia dapat mengembangkan bahasa untuk kebutuhan hidupnya sesuai latar-belakang hidupnya itu. Karena manusia adalah makhluk sosial, manusia memerlukan alat untuk dapat berhubungan dengan orang lain. Dan salah satu bahasa yang perlu dikuasai adalah Bahasa Inggris, Bahasa internasional.

Di Indonesia, ilmu Bahasa Inggris berkembang sejalan dengan adanya mata pelajaran bahasa Inggris di sekolah-sekolah yang penerapannya dimulai dari kurikulum 1968 sampai pada kurikulum 2013 (Cahyono & Widiati, 2011). Dimulai dari level pendidikan terendah sampai yang tertinggi, Bahasa Inggris menjadi salah satu kajian yang perlu dikaji oleh masyarakat Indonesia yang bahasa pertamanya adalah Bahasa Indonesia. Dengan demikian, pembelajaran Bahasa Inggris di Indonesia masih hanya dalam taraf pengenalan, bukan pembiasaan bahkan penggunaan sehari-hari.

Oleh karena alasan tersebut di atas, dalam penerapan proses pembelajaran Bahasa Inggris di Indonesia masih ditemui banyak kekurangan dan kelemahan. Kekurangan tersebut seperti pada temuan penelitian yang dilakukan oleh Yahya dan Suwarjo pada tahun 2013 yaitu penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dalam proses pembelajaran belum terlaksana sepenuhnya sesuai dengan pedoman Depdiknas 2008 mengenai pembelajaran bahasa Inggris di Sekolah.

Penerapan Bahasa Inggris di dalam proses pembelajaran yang belum maksimal sesuai kadiah dasar yang sudah diterapkan pemerintah adalah karena para pendidik yang masih belum secara optimal menguasai bidang, fasilitas pembelajaran yang belum seluruhnya mendukung dan kurangnya kesadaran baik pendidik maupun peserta didik dalam penguasaan Bahasa Inggris.

Selain pembelajaran bahasa Inggris yang belum maksimal, sistem dan cara penilaian hasil pembelajaran bahasa Inggris juga masih belum sesuai dengan kaidah penilaian yang seharusnya dipakai oleh pendidik yang telah diatur dalam aturan pemerintah mengenai standar penilaian. Tidak semua keahlian dalam berbahasa Inggris dinilai dan instrument dan rubric penilaian yang belum dijamin keabsahan dan keajegannya.

Oleh karena itu, menjadi penting kiranya untuk mengkaji lebih dalam terhadap penerapan prinsip penilaian dan pembelajaran Bahasa Inggris di dalam lingkungan belajar serta penerapan penilaian pembelajaran Bahasa Inggris yang benar-benar dapat mencerminkan sebenarnya hasil pembelajaran Bahasa Inggrisnya. Untuk menjawab kebutuhan ini, filsafat hadir sebagai suatu ilmu yang dapat digunakan sebagai pendekatan untuk mengupas, mengkritisi atau meninjau ulang sesuatu hal sehingga didapatkan pengetahuan ilmiah yang komprehensif dan mendalam.

Intisari dari filsafat ini diambil dari beberapa pandangan para tokoh tentang hakikat filsafat itu sendiri. Suriasumantri (2009) berpendapat bahwa filsafat itu erat kaitannya dengan usaha telaah secara menyeluruh tentang hakikat suatu ilmu yang dilihat dari kontelasi pengetahuan lainnya terhadap ilmu tersebut; misalnya dari sudut pandang moral, agama, dan lain sebagainya. Kemudian Chaer (2015) dan Bakhtiar (2004) menambahkan pengertian filsafat sehingga menjadi lebih lengkap yakni filsafat berkaitan dengan adanya kegiatan berupa mencari kebenaran mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan ilmu secara sebenar-benarnya. Oleh karena itu, makalah ini berfokus kepada tiga kajian sifat kritis filsafat menurut Hakim dan Saebani (2008) yakni ontologi, epistemologi, dan axiologi dalam penilaian dan pembelajaran bahasa Inggris.

B. Landasan Ontologi Penilaian Pembelajaran Bahasa Inggris

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline