Lihat ke Halaman Asli

Umi Setyowati

Ibu rumah tangga

Membaca Kitab Suci

Diperbarui: 22 Januari 2018   12:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok.pribadi

Sudah lama saya tidak membaca Al-qur'an. Mungkin 3 atau 4 atau bahkan 5 tahun lalu saya terakhir tadarus di bulan Ramadan.

Alasan klise soal waktu, sibuk ini dan itu, karena pekerjaan atau apalah, banyak sekali alasan yang seakan membutakan mata batin saya.

 Solat saja seringnya di akhir waktu dan terburu-buru.  Wiridan hanya ambil singkatnya, membaca doa sapu jagad alias robbana atina fiddunya hasanah wa fil'akhirati hasanah wa kina adaa bannar 3x, amiin. Selesai.

Lalu meneruskan melakukan yang lain.dst dst dst.

Padahal saya paham bahwa kelak pada yaumil akhir yang pertama dihisab adalah salat. Bila baik salatnya maka baiklah amalah-amalan yang lainnya. Dan demikian sebaliknya.

Hitungan mudahnya, dalam sehari semalam, 24 jam waktu saya, mungkin kurang dari satu jam yang saya pakai beribadah. Selebihnya untuk urusan dunia yang kadang tidak penting-penting amat.

Padahal saya juga sangat paham bahwa hidup di dunia ini hanya sementara tetapi saya mati-matian menghabiskan banyak waktu untuk urusan dunia.

Selalu merasa kurang uang? Ingin kaya? Padahal kalau nanti saya mati semua itu tidak saya bawa ke kuburan apalagi ke akherat.

Dan mengapa saya baru menyadarinya sekarang?

Bermula dari awal bulan lalu. Saya harus ikut tahlilan dan harus membaca surat Yasin karena yang meninggal orang terdekat saya.

Menjelang tidur, tiba-tiba saja saya merasa menjadi manusia yang tidak tahu diri,tidak tahu malu, tidak mempunyai rasa trimakasih kepada Tuhan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline