Lihat ke Halaman Asli

Uli Hartati

TERVERIFIKASI

Blogger

Sebagai Ibu Pekerja, Saya Berharap Tahun Ajaran Baru Diundur

Diperbarui: 21 Desember 2021   11:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

image by Canva edited by Ulihape

Hampir empat bulan lamanya anak-anak Belajar Dari Rumah (BDR), sebagai Ibu Pekerja semula saya bahagia banget mendapati kenyataan ini kenapa? Karena berbarengan saya dan suami bisa bekerja dari rumah juga, WFH istilah bekennya. 

Selama menjalankan BDR tak pernah saya merasa keberatan, saya pikir Covid-19 membuat saya menjadi dekat dengan anak-anak, BDR membuat saya memahami kemampuan kedua anak saya, bahkan saya sangat berterima kasih kepada Ibu/Bapak guru yang luar biasa sabar menghadapi murid-murid di kelasnya.

Ketika ada wacana pengunduran Tahun Ajaran Baru ke Januari jujur saya bahagia banget, alasan saat itu lebih kepada keamanan kesehatan anak-anak saja, hal ini tentu melihat perkembangan penyelesaian pandemi di negara kita yang belum kunjung surut. 

Lalu faktanya dulu Indonesia juga memulai tahun ajaran baru juga di bulan Januari - Desember dan baru pada tahun 1978 ada perubahan Tahun Ajaran Baru menjadi Juli - Juni dan alasan saat itu kata atasan saya adalah "supaya pas libur lagi musim panas biar anak-anak bisa liburan". 

Atasan saya termasuk yang mengalami pertambahan usia 6 bulan lamanya untuk menyelesaikan SMA, jadi SMA 3,5 tahun dan menurut atasan saya ya ngak ada yang protes, tentunya juga pada tahun itu ada banyak kelulusan juga bukan?

Wacana itupun kini batal dan ternyata Mas Menteri tetap menjalankan UU 0211/U/1978 bahwa tahun ajaran baru tetap Juli, namun karena adanya Covid-19 maka anak-anak masuk sekolah nanti di awal tahun saja. 

Sementara itu saat ini hampir semua perusahaan sudah beraktivitas normal dan saya adalah salah satu ibu pekerja yang sudah harus bekerja kembali from monday to friday.

Kenapa Tidak Diundur Saja?

Akhirnya persoalannya muncul, sebagai Ibu Pekerja yang semuanya saya handle sendiri, bahkan kedua anak-anak juga stay di daycare membuat saya khawatir anak-anak saya tidak akan bisa belajar dari rumah secara optimal seperti saat saya masih WFH. 

Anak yang pertama akan naik kelas secara online, begitu juga yang TK tak akan paham bahwa kelasnya sudah berubah. Saya tak bisa lagi mendampingi kedua anak saya belajar pada jam belajar, sekolah bisa saja memberikan kebijakan untuk mengirimkan laporan sepulang saya bekerja.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline