Lihat ke Halaman Asli

Mengapa Membeli Buku?

Diperbarui: 26 April 2017   19:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: idesainesia.com

Oleh : Maftucha

Sejak bergabung dalam komunitas menulis hampir 4 bulan ini. Saya merasakan betapa sangat minim bacaan saya sehingga hasil tulisan juga minim makna sehingga sangat jauh kurang dari teman teman penulis lain yang sudah menghasilkan karya buku mulai dari yang baru menelurkan buku sampai yang sudah puluhan buku.

Memang idealnya penulis harus menjadikan buku sebagai hal yang utama ibarat bahan bakar minyak (BBM) maka jika tidak membaca akan mogok. So, jika hobi nulis tapi gak hobi baca ibarat gak isi BBM tapi ingin bisa jalan. Tentu tidak akan bisa jalan sampai kapanpun.

Dari hal diatas maka saya mulai mencoba memasukkan daftar belanja buku setiap satu bulan minim 2 buku atau lebih jika harga diskon... ini sudah berjalan hampir 3 bulan. Alhamdulilh... pertanyaannya suka baca?, tidak juga. heee... Senada dengan pertanyaan saudara saya tentang buku buku yang saya beli, memang akan dibaca bukunya??, ya dibaca kalo gak malas, jawab saya. Jujur awalnya membaca itu sangat berat sekali bisa dibilang hampir tidak pernah semenjak lulus kuliah. Membaca buku itu membosankan, mengantuk, lebih seneng kalo nonton tv sinetron, india, kartun atau shopping. Itu pikiran saya dulu dan saya kira itu sangat wajar sekali karna setiap orang pasti menyukai kesenangan daripada berkutat dengan buku yang tidak menarik.

Namun setelah bergabung dalam komunitas menulis ini. ada semacam tuntutan atau terpaksa harus baca dan keterpaksaan itu lambat laun merubah rasa malas sedikit demi sedikit mulai berusaha suka membaca. Ya, Perubahan tersebut tepatnya mulai terjadi dari membaca tulisan para penulis tentang bagaimana mereka dapat membagi waktu membaca kira kira antara 20 -25 menit perhari sehingga masih banyak waktu untuk mengerjakan pekerjaan lain.

Selain membeli buku, sebenarnya ada juga cara cepat dan hemat agar tidak terlalu banyak mengeluarkan biaya dalam membeli buku yakni google. Ya, mesin pencari google akan mencari sesuai kebutuhan tetapi ibarat Bahan Bakar Minyak (BBM) maka _google_ dapat dikatakan racun jika dimakan. Kenapa dikatakan racun??, sebab kadang tulisan tulisan yang beredar di google tidak diketahui dari siapa yang mengirimkan tulisan (rawi), siapa saja yang menyebarkan tulisan (sanad) dan isi tulisan sesuai dengan kebenaran (matan) sehingga tulisan google kurang bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya. sehingga harus selektif dalam memilih dan memilah bacaan ... :-) 

Hal ini mengingatkan saya ketika membuat karya ilmiah dulu. Berulang kali dosen mengatakan bahwa usahakan mencari referensi dari buku buku minimalisirkan mencari dari _google_ atau boleh saja mengambil referensi dari _google_ asal menyertakan sumber yang jelas. Oleh sebab itu tidak ada salahnya mencoba menjadikan buku sebagai suatu kebutuhan bacaan agar terhindar dari tulisan tulisan yang belum jelas sumbernya. 

malang, 26 April 2017 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline