Lihat ke Halaman Asli

Pertanian dan Perempuan Tangguh Pedesaan

Diperbarui: 11 Januari 2018   02:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seorang ibu nampak sedang menanam padi di Desa Banyu Urip, Lombok Tengah/foto : Dokpri

Kalau di lembaga pendidikan kita mengenal istilah "pahlawan tanda jasa" bagi para guru dan tenaga pendidik yang telah dengan ikhlas, sabar dan penuh kebijaksanaan mendedikasikan hidup mendidik dan mencerdaskan kehidupan anak bangsa Indonesia

Maka di dunia pertanian, Indonesia juga memiliki perempuan - perempuan hebat dan tangguh  sebagai "pahlawan pangan" dari pedesaan yang mengabdikan dan mendedikasikan sebagian hidup untuk pertanian, membantu masyarakat Indonesia dari ketercukupan pangan

Ketika masa kecil dan usia Sekolah Dasar di kampung halaman dulu, salah satu kebiasaan ibu saya yang masih terkenang dan tetap dilakukan sampai sekarang adalah bangun di waktu pagi buta, sebelum azan subuh tiba, ketika orang lain masih terlelap dalam tidur, ibu sudah bangun sahalat, memasak dan mempersiapkan diri berangkat ke sawah

Bangun pagi memang telah menjadi kebiasaan masyarakat pedesaan Pulau Lombok, terutama mereka yang keseharian bekerja sebagai petani, mengelola lahan pertanian. Lebih - lebih pada masa tanam saat musim hujan, iring - iringan petani yang hendak bekerja mengelola lahan pertanian bisa  disaksikan sepanjang jalan pematang sawah setiap pagi hingga menjelang petang

Bagi petani dan masyarakat pedesaan terutama kaum perempuan, bangun pagi dilakukan, tidak saja karena tuntutan kesibukan mengelola lahan pertanian semata. Bangun pagi juga memiliki makna filosofis, bahwa kalau ingin meraih kesuksesan dalam segala hal, termasuk keberhasilan mengelola lahan pertanian, maka harus rajin, ulat, tekun, tidak pemalas serta bekerja keras dengan disiplin waktu

Pada masyarakat pedesaan, nasihat berikut seringkali disampaikan orang tua kepada anaknya "Ndaq girang tindok kelemaq, tetotoq rizkim siq manok" (Jangan suka tidur pagi, dipatuk rizkinya sama ayam). Nasihat sederhana, tapi penuh makna dan pesan moral, bahwa kemalasan tidak akan pernah membawa keberuntungan dalam kehidupan

Demikian petani dan masyarakat pedesaan menjalani keseharian sebagai petani mengelola lahan pertanian. Mandi peluh, bergumul dengan lumpur dan sengatan panas terik matahari hampir menjadi aktivitas keseharian sebagian besar masyarakat pedesaan, aktivitas tersebut dilakoni setiap hari dari pagi hingga menjelang petang, terutama kaum perempuan

Peran Petani Perempuan

Petani perempuan pedesaan/foto : Dokpri

Kalau berkunjung ke daerah pedesaan terutama pada pagi hari, iring - iringan petani perempuan pedesaan yang sebagian besar merupakan ibu rumah tangga bisa disaksikan sepanjang jalan maupun pematang sawah, penuh semangat hendak bekerja mengelola lahan pertanian masing - masing dengan peralatan pertanian di tangan

Apalagi saat musim hujan seperti sekarang, kesibukan masyarakat pedesaan mengelola lahan pertanian sangat tinggi, baik petani lahan basah maupun petani lahan tadah hujan. Tidak ada berpangku tangan, semua bekerja bahu membahu, saling membantu (besiru) satu sama lain.

Jangan heran kalau hendak bertamu ke rumah warga masyarakat pedesaan saat musim hujan dan tanam seperti sekarang, susah dilakukan, karena hampir sebagian besar warga pergi bekerja ke sawah, baik lahan milik pribadi maupun lahan milik tetangga dalam rangka "besiru"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline