Apakah dalam membaca harus menyeleksi bahan bacaan?
Oleh : Try Gunawan Zebua
Gunungsitoli, Sabtu, 15 Maret 2025
Penulis adalah salah satu profesi yang ada di dunia ini, dimana sebelum menulis harus terlebih dahulu membaca referensi untuk menjadi bahan tulisan. Selain membaca, seorang penulis juga harus banyak mendengarkan, baik dari oranglain yang bercerita, maupun dari tayangan video atau suara yang ada di sekitar kita. Itu terjadi karena terkadang cerita oranglain, dapat kita jadikan sumber bahan referensi bagi tulisan kita. Biarpun terkadang ada orang yang tidak mau dituliskan nama aslinya secara langsung di tulisan. Mungkin karena dia malu atau pada intinya tidak mau kisahnya di tuliskan secara langsung.
Selain melalui mendengarkan oranglain, seorang penulis juga harus banyak membaca. Penulis harus banyak membaca, baik itu buku, majalah, koran, maupun berbagai link website yang ada. Sehingga penulis semakin banyak tahu dan apa yang mereka sampaikan tidak asal-asalan saja. Apalagi jika tulisan yang bersifat ilmiah dan di uji, seperti skripsi, tesis, disertasi, maupun jurnal ilmiah yang di nilai oleh orang yang kompeten dalam bidangnya. Sehingga saat menuliskannya tidak asal-asalan, tetapi berdasarkan fakta, data, dan melakukan analisis secara ilmiah.
Namun, memang ada tulisan yang tidak terlalu bersifat ilmiah. Seperti cerpen, dan tulisan lainnya yang mana hanya sebatas imajinasi dari sang penulis saja. Hanya ciptaan atau karangan penulis semata, sesuai dengan apa yang akan di bahas pada tulisan tersebut. Apalagi jika untuk perlombaan, maka di sesuaikan dengan tema dan sub tema lomba tersebut.
Lantas, apakah dalam membaca harus menyeleksi bahan bacaan?
Kita sebagai penulis, saat membaca suatu referensi dapat menyeleksi, maupun tidak menyeleksi bahan bacaan yang kita baca. Maksudnya adalah kita seleksi karena harus sesuai dengan tema yang di bahas, sehingga jika tidak sesuai maka perlu untuk kita abaikan bacaan tersebut. Itu karena dalam tulisan terkadang terjadi pro dan kontra, ada yang pemikiran A, maupun B sampai Z tergantung dari sudut pandang penulis itu sendiri.
Sedangkan tidak perlu di seleksi itu terjadi karena saat menulis terkadang kita dapat memunculkan pro dan kontra, tapi kita harus melakukan analisis secara rinci, dalam atau detail akan hal tersebut. Sehingga kita dapat meluruskan jika terdapat yang salah, berdasarkan data, fakta, apalagi analisis yang sesuai dengan metode yang ilmiah. Itu terjadi jika kita mau untuk berpikir secara kritis dan melakukan uji, atau analisis secara ilmiah. Jika tidak mau repot, maka kita ambilkan saja yang satu arah semuanya, jangan yang lain.
Karena terkadang jika melakukan pengujian membutuhkan waktu lama, jika masih manual. Sedangkan jika menggunakan aplikasi tertentu, maka kita harus menginstal dan mempelajari bagaimana cara menggunakan aplikasi tersebut. Sedangkan jika melakukan analisis secara teks dan wacana, tanpa melakukan pengujian statistik, maka perlu memahami dulu jenis analisis teks dan wacana yang kita gunakan. Seperti apa dan bagaimana penggunaan jenis analisis teks dan wacana yang akan kita gunakan. Terkadang seorang ahli memberikan istilah yang lain, namun pada intinya sama. Cuma namanya atau istilah yang digunakan agak terlihat seperti berbeda. Makanya jika kita lihat tulisan para ahli dan membandingkan istilah yang mereka gunakan, kadang kita menemukan istilah antara satu dan yang lain bisa berbeda.
Sehingga dapat kita simpulkan bahwa jika kita mau menyeleksi bahan bacaan kita atau tidak, semua tergantung dari kita. Seharusnya di seleksi, namun jika tidak mau juga tidak apa-apa. Cuma nanti dalam penulisan jika sebuah karya tulis yang bersifat ilmiah, harus dapat di tentukan mana sumber atau teori, bahkan pendapat ahli yang kita pegang pada penulisannya. Karena terkadang berbeda teori antara satu ahli dengan ahli yang lain, tinggal kita mau berpegang pada teori yang mana. Seperti di teori motivasi, abraham maslow menuliskan 5 buah (kebutuhan fisiologi, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan sosial, kebutuhan mendapatkan penghargaan, dan kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri), sedangkan ahli lain David Mc.Clelland menuliskan 3 buah (kebutuhan akan prestasi, kebutuhan akan kekuasaan dan kebutuhan akan afiliasi). Dari kedua ahli tersebut, dimana sama-sama mereka membuat teori motivasi, namun yang satu ada 5 sedangkan yang lain cuma 3 buah saja. Jadi terdapat perbedaan antara yang satu dan yang lain kalau dari segi teori motivasi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI