Gambar Milik Tripviana Hagnese: Lamaran dan Pertunangan (Yuinō)
Gambar Milik Tripviana Hagnese: Lamaran dan Pertunangan (Yuinō)
Gambar Milik Tripviana Hagnese: Lamaran dan Pertunangan (Yuinō) Gambar Milik Tripviana Hagnese: Lamaran dan Pertunangan (Yuinō)
Gambar Milik Tripviana Hagnese: Lamaran dan Pertunangan (Yuinō)
Gambar Milik Tripviana Hagnese: Pernikahan Shinto dan Pernikahan Gaya Barat
Gambar Milik Tripviana Hagnese: Tamu undangan memberikan amplop berisi uang tunai yang disebut shūgi sebagai hadiah
Gambar Milik Tripviana Hagnese: Resepsi ini adalah tempat pidato dari atasan, teman, dan anggota keluarga, yang menjadi simbol pengakuan sosial
Gambar Milik Tripviana Hagnese: Peran Suami dan Istri Setelah Menikah
Pernikahan di Jepang adalah sebuah proses yang kaya akan tradisi dan ritual, meskipun di era modern, banyak pasangan yang menggabungkan tradisi lama dengan kebiasaan baru. Perjalanan menuju pernikahan, peran dalam rumah tangga, dan membesarkan anak adalah cerminan dari nilai-nilai budaya Jepang yang unik.
1. Tahap Pra-Pernikahan: Dari Perkenalan hingga Lamaran
Pacaran (Kosai)
Di Jepang, hubungan pacaran biasanya berlangsung secara privat dan tidak terlalu menampilkan kemesraan di muka umum. Walaupun kini banyak pasangan bertemu secara alami, tradisi perjodohan yang disebut omiai masih ada, meskipun dalam bentuk yang lebih modern. Dalam omiai, keluarga dan mak comblang (nakodo) akan memperkenalkan dua individu dengan tujuan serius untuk menikah.
Lamaran dan Pertunangan (Yuinō)
Proses lamaran di Jepang sering kali sangat formal dan melibatkan kedua keluarga. Lamaran resmi disebut yuinō, di mana keluarga mempelai pria mengunjungi keluarga mempelai wanita untuk bertukar hadiah pertunangan. Hadiah ini bisa berupa uang tunai yang melambangkan kekayaan, rumput laut yang melambangkan kebahagiaan, atau kipas lipat yang melambangkan kemakmuran di masa depan. Ritual ini berfungsi untuk secara resmi menyatukan kedua keluarga.